Pengalaman Penulis Ini Dapat Balasan Indah dari Allah; Liputan Ahmad Riadi, Kontributor PWMU.CO Semenep
PWMU.CO – Hidup bermakna karena menulis dibahas Guru SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya Mulyanto SPd di hadapan santri Panti Asuhan Muhammadiyah Sumenep, di mushala panti, Jalan Pahlawan Gang IV No.1 Pandian Sumenep Ahad (26/3/2023) malam.
Di hadapan 21 santri Mulyanto menyampaikan menulis adalah perbuatan bermanfaat. Maka sibuklah menulis untuk bermanfaat, menginspirasi, dan menggugah hati diri sendiri dan orang lain.
“Tidak ada yang sia-sia. Semua akan dibalas oleh Allah. Balasan Allah sangat sempurna. Semangat menulis, hadiahnya indah dari Allah,” tegasnya.
Anggota Humas SD Mudipat itu berkisah, sejak di sekolahnya, 2015, ia aktif menulis mewartakan kegiatan dan prestasi siswa, guru, dan sekolahnya. Ia juga menulis beberapa buku. Sehingga beberapa tahun berikutnya Allah memberinya hadiah dan kebaikan-kebaikan.
“Sungguh indah balasan Allah, 2018 saya dinobatkan PWMU.CO sebagai salah satu penulis terbaik, hadiahnya jalan-jalan gratis ke ke Thailand dan Malaysia,” suami Desy Ana ini memberi contoh.
Karena menulis Mulyanto juga sukses meraih Juara I Lomba Karyawan Berprestasi ME Awards 2020 diselenggarakan Majelis Dikdasmen Pimpinam Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim).
“Maka semangatlah menulis, adik-adik. Kita harus hebat, kita harus bekerja luar biasa. Jangan bekerja ala kadarnya. Karena yang bekerja luar biasa akan memetik hasil luar biasa. Dan, yang bekerja ala kadarnya akan mendapat hasil ala kadarnya,” tegas Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel Surabaya itu.
Dia menambahkan, penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Dari membaca seseorang mendapatkan dua kegunaan. Pertama mendapat informasi tentang tulisan yang dibaca. Kedua mendapat gambaran gaya tulisannya.
“Kalau mau jadi menulis hebat, ya jadi pembaca yang hebat pula,” saran ayah dua anak itu.
Dia menjelaskan menulis sangat banyak faedahnya. Orang yang bisa menulis artinya orang itu punya kelebihan. Yakni ia bisa mengikat ilmu dan mengikat hikmah apa saja yang dia rasa, lihat, dan dengar.
“Kemudian dari tulisan itu seseorang akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik, lalu menginspirasi orang lain,” terangnya.
Mulyanto menegaskan, orang yang menulis ilmunya abadi. Orang yang menulis menginspirasinya awet. Beda dengan orang yang hanya pandai bicara tapi tak bisa menulis, ilmunya tak awet.
“Begitu yang pandai bicara ini mati tanpa sempat menulis atau ditulis, maka ilmunya pun ikut terkubur bila orang tersebut mati,” kata Anggota Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PWM Jatim itu.
Dia menambahkan, rencananya hasil pelatihan ini akan diterbitkan menjadi buku antologi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni