Kak Tobi Bercerita tentang Legenda Surabaya di Sekolah Kreatif Baratajaya, liputan Riska Oktaviana kontributor PWMU.CO Surabaya.
PWMU.CO – Pagi itu terdengar suara kidung jula-juli dan alunan musik Jawa yang rancak di halaman Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Baratajaya Surabaya.
Sekolah di Baratajaya I Nomor 11 itu dipenuhi 111 siswa kelas IV dengan berbagai kostum ala Jawa Timuran. Mereka siap belajar legenda Surabaya dalam Guest Teacher Learning, Jumat (17/3/2023).
Bertajuk Legenda Surabaya, kegiatan ini merupakan salah satu bagian implementasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertema kearifan lokal. Dalam kesempatan ini, Sekolah Kreatif Baratajaya mendatangkan guru tamu Ketut Santoso dari Kumpul Dongeng Surabaya.
Sebelumnya, para siswa mendapat tugas mencari informasi tentang legenda Surabaya dan membuat parikan (pantun bahasa Jawa). Kemudian siswa mempraktikkan parikannya di depan teman-temannya.
Ketut Santoso, yang akrab dipanggil Kak Tobi bercerita tentang legenda Surabaya dan semua yang berkaitan dengan Surabaya. Mulai dari asal mula nama Surabaya, nama wali kota, destinasi wisata, kesenian dan makanan khas Surabaya.
Sebelum bercerita, Kak Tobi menyapa siswa kelas IV dengan Jula Juli yang merupakan pantun atau syair Jawa Timuran yang penyampaiannya dengan lagu. Lalu mengajak menyanyi dan menari lagu Rek Ayo Rek.
Kak Tobi mengatakan, nama Kota Surabaya sudah ada sejak awal masa kerajaan Majapahit. “Nama Surabaya tercipta dari gabungan kata Sura dan Baya, nama dua binatang yang bertempur,” katanya.
Kedua ikon tersebut, lanjut dia, digunakan menggambarkan peristiwa yang terjadi di Ujung Galuh (nama daerah Surabaya pada zaman dulu). “Yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Wijaya dengan pasukan tentara Tartar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal tersebut kemudian dikenal sebagai hari jadi Kota Surabaya,” ceritanya.
Kemudian Kak Tobi bercerita tentang makanan khas Surabaya seperti rujak cingur, lontong balap, dan semanggi.
Kak Tobi mengatakan, lontong balap itu dulu yang jualan ada di daerah Wonokromo. “Para penjual berkumpul sebelum berjualan ke kampung-kampung. Agar tidak ketinggalan pembeli, para penjual ini memikul dagangannya dengan setengah berlari sehingga terlihat seolah saling balapan. Dari balapan ini kemudian dikenal dengan nama lontong balap,” katanya.
Kemudian, makanan khas Surabaya selanjutnya adalah pecel semanggi. Semanggi itu adalah sejenis gulma atau tanaman pengganggu padi. “Daun tanaman ini bisa dimakan dengan dikukus terlebih dahulu. Kemudian dinikmati dengan sambal pecel. Semanggi juga dapat dihidangkan dengan kecambah, dan kerupuk puli,” ucapnya.
Kesenian Surabaya, lanjut dia, ada wayang, ludruk (drama pakai bahasa Surabaya), kidungan jula-juli, gamelan, dan tari remo (tari ucapan selamat datang) bercerita kegagahan arek Suroboyo.
Ikon Cak Durasim
Ia menambahkan, ikon kesenian Kota Surabaya yang terkenal yaitu Cak Durasim. Nama Cak Durasim diambil dari seorang seniman yang sekaligus pejuang Gondo Durasim yang giat membakar semangat warga Surabaya dalam mengusir penjajah pada pentas yang ia bawakan. ”Kidungan Cak Durasim yang popular kala itu ‘Bekupon omahe doro melok nipon awak tambah soro, artinya, bekupon (sangkar burung dara), Ikut Nippon (Jepang) bertambah sengsara’,”katanya.
Di sela acara, Kak Tobi mengajak dua perwakilan siswa untuk memerankan ludruk tentang Asal Usul Surabaya, sejarah Surabaya dalam dongeng. Yaitu pertarungan sura dan baya mempertahankan wilayah kekuasaan Kalimas. Sura diperankan Rangga Satria Baskoro dan Baya diperankan Muhammad Farzan Ahzar.
Selanjutnya, Kak Tobi bertanya, “Siapa nama walikota dan wakil walikota Surabaya”, tanya ia dihadapan siswa. Kemudian salah satu siswa menjawab, “Walikota Surabaya namanya Eri Cahyadi dan wakilnya Armuji”, jawab Alaric Beale Amzar dengan percaya diri.
Di akhir acara, Kak Tobi berpesan semoga perjumpaan kita kali ini bermanfaat dan bisa menambah kecintaan kita pada Surabaya. “Arek Suroboyo opo sing gak isok!” serunya.
Ahmad Mahmudi SPd, guru kelas IV mengatakan, kegiatan ini adalah salah satu tahapan pengenalan kegiatan Penguatan Proyek Profil Pancasila (P5) implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Kreatif SD Muhammadiyah 16 Surabaya. “Kegiatan P5 semester ini mengambil tema Kearifan Lokal dengan memperhatikan dimensi yang akan dicapai adalah dimensi gotong royong, mandiri, dan kreatif.
Ustadz Udi, sapaannya, berharap dengan kegiatan P5 ini anak-anak kelas IV menjadi pelajar sepanjang hayat. “Anak-anak bisa berkarakter sesuai dengan tujuan Kurikulum Merdeka”, harapnya.
Alaric Beale Amzar Pribadi, siswa kelas IV MT Haryono mengaku senang dengan kegiatan guru tamu Kak Tobi. “Aku senang bisa belajar tentang Surabaya. Acaranya seru! Aku tadi bisa jawab pertanyaan Kak Tobi tentang siapa nama wali kota Surabaya,” ungkapnya.
Di akhir acara ada pembagian reward dan doorprize bagi siswa berkostum terbaik dan yang berani maju ke depan menjawab pertanyaan dan tantangan dari Kak Tobi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni