Dimensi Sosial Puasa, Ini Penjelasan Prof Biyanto, liputanKontributor PWMU.CO Gresik Ain Nurwindasari
PWMU.CO – Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Dr Biyanto MAg menyampaikan materi Puasa dan Tauhid Sosial pada Pengajian Ramadhan, Jumat (31/3/2023).
Dalam kegiatan yang diselenggarakan Mugeb Islamic Center (MIC) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB, Guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut menyampaikan seluruh rangkaian ibadah itu ujungnya pasti membuat kita harus baik kepada sesama dan kepada lingkungan.
“Semuanya harus baik. Lihat shalat, diawali dengan takbiratul ihram. Artinya takbir yang mengharamkan. Tidak boleh ada perilaku pikiran, bacaan yang tidak ada hubungannya dengan sholat. Dan diakhiri dengan salam. Salam itu kan wujud dari tauhid sosial,” terangnya.
Biyanto melanjutkan, selain shalat ada ibadah dalam Islam yaitu zakat yang hampir pasti memiliki nilai sosial.
“Karena semangat zakat itu kan berbagi. Jadi zakat itu dimensi sosialnya sangat kuat. Mengajarkan nyah nyoh, suka berbagi, loman,” tuturnya.
Dia menjelaskan dimensi sosial pada ibadah haji. Haji itu dimulai dengan kegiatan ihram simbol kita membangun hubungan dengan Allah, tapi jangan lupa haji diakhiri dengan menyembelih hewan kurban.
Adapun dalam ibadah puasa, menurutnya, memiliki dimensi sosial setidaknya tercermin pada beberapa hadis. Beberapa hadis yang kita bisa kaitkan antara puasa dengan tauhid sosial, Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan. (HR Bukhari No 1903)
“Ingat di penghujung al-Baqarah 183, la’allakum tattqun, ini artinya doa, artinya orang yang berpuasa berharap supaya dengan puasanya ia menjadi orang yang bertakwa,” terangnya.
Selanjutnya, Biyanto juga mengutip hadits, Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga. Jadi, terangnya, orang berpuasa itu macem-macem, ada yang sekadar meninggalkan makan dan minum serta syahwatnya.
Bangun Hubungan dengan Allah
Dia mengutip mengutip hadis, Ia meninggalkan makanannya, minumannya dan syahwatnya. Di luar itu tetap dikerjakan, ngerasani tetap, menyakiti tetap, beramal yang buruk tetap.
Oleh karena, tekannya, mengingatkan kepada para peserta, puasa adalah membangun hubungan dengan Allah. Dalam sebuah hadis, Artinya puasa itu sebenarnya ibadah yang sangat privat, sangat pribadi. Nggak ada yang tau kita puasa apa nggak kecuali kita dan Allah SWT.
Karena itu, lanjutnya, di akhir itu ada membayar zakat fitrah, hal itu merupakan simbol setelah hubungan dengan baik (dengan Allah SWT) itu sukses maka kita harus tuntaskan dengan hubungan dengan sesama manusia.
“Dan karena itu setelah kita membayar zakat fitrah lalu kita bermaaf-maafan dengan sesama. Kalau itu sudah kita lakukan maka dosa dengan Allah terampuni,” terangnya.
Biyanto lantas menguti hadis keutamaan berpuasa, Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.
Dia menuturkan, inti tauhid sosial adalah tauhid yang tidak bicara sebatas soal akidah dan keimanan, tapi berdampak pada membangun hubungan sosial dengan sesama dan alam sekitar. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.