Kalau Ingin Dimuliakan Allah Akrabi Al-Quran; Liputan Ahmad Nasafi
PWMU.CO – Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Ahmad Jufri Ubaid SAg menyampaikan materi Menjadi Pribadi Muslim Berkarakter, Komitmen, dan Respek pada Pengajian Ramadhan, Jumat (31/3/2023).
Kajian yang diadakan di Hall Andalusia SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik ini diikuti oleh 114 karyawan di bawah naungan Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik Jawa Timur.
Jufri membuka kajian siang ini dengan mengemukakan fakta Ramadhan sebagai bulan yang istimewa, bulan yang luar biasa.
“Allah SWT menjadikan Ramadhan sebagai sayyidus syuhur yaitu penghulunya bulan,” terangnya.
“Mengapa Ramadhan menjadi istimewa?” tanya qari internasional ini kepada peserta kajian.
Ramadhan menjadi istimewa, lanjut Jufri, karena seluruh kitab Allah diturunkan pada bulan Ramadhan.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang artinya, “Suhuf Ibrahim itu diturunkan oleh Allah pada awal malam bulan Ramadhan, dan Taurat diturunkan oleh Allah pada tanggal 6 Ramadhan, dan Injil diturunkan Allah tanggal 13 Ramadhan, dan Alquran diturunkan Allah tanggal 24 malam 25 Ramadhan.”
Berdasarkan tanggal turunnya al-Quran, Jufri memancing peserta pengajian untuk menemukan surat nomor 25 dalam mushaf al-Quran.
“Surat ke 25 dalam al-Quran adalah al- …? Al-Furqan, adalah nama lain dari al-Quran yang artinya pembeda,” jelasnya.
Menurut Jufri artinya adalah malam diturunkannya al-Quran itu menjadi waktu luar biasa yang dikatakan lailatul qadar.
“Jadi Allah menurunkan al-Quran pada suatu malam pada bulan Ramadhan, sehingga malam itu memiliki nilai yang lebih baik daripada seribu bulan yang disebut lailatul barakah atau lailatul qadar,” paparnya.
Cerita Ahmad dan Kamil
Jufri menerangkan bahwa di Indonesia ini banyak anak-anak hebat di bidang al-Quran, salah satunya adalah Ahmad dan Kamil.
Keduanya adalah anak yang tidak punya orangtua, mereka tinggal bersama kakek neneknya.
Setiap hari mereka bekerja mencari rongsokan dan belum pernah bersentuhan sekalipun dengan al-Quran.
“Ada pengelola panti asuhan dengan konsep tahfidhul quran, menawarkan Ahmad dan Kamil untuk bergabung di dalamnya. Apa yang terjadi?” kata Jufri kepada peserta kajian.
Tiga setengah tahun setelah itu, lanjut Jufri, Ahmad dan Kamil hafal al-Quran berikut terjemahan, peletakan, nomor ayat, dan membaca terbalik bagi mereka adalah hal yang mudah.
“Awak dewe? Gak usah sing repot al-Fatihah ae. Siapa di antara sekian ini yang bisa membaca al0Fatihah dari bawah ke atas? Ada yang sanggup?” tantangnya.
Selang sepuluh detik Jufri membacakan al-Fatihah secara terbalik dari ayat 7 sampai 1.
“Al-Fatihah sek gampang, Yasin teko ngisor menduwur? (Al Fatihah masih mudah, kalau surat Yasin dari bawah ke atas?)” candanya disambut tawa renyah peserta kajian.
Berdasarkan kisah Jufri, hal ini menjadi hal yang mudah bagi Ahmad dan Kamil, padahal usia mereka masih SMP.
“Suatu ketika Ahmad dan Kamil diundang ke Mesir, Erdogan menyiapkan rumah khusus untuk Ahmad dan Kamil, kemudian mereka diangkat menjadi warga negara istimewa,” jelasnya.
Kesimpulan yang bisa diambil Jufri dari kisah ini adalah siapa pun yang ingin mulia, maka dekati al-Quran.
“Apapun Anda, sosial ekonominya seperti apapun, tingkat pendidikannya sampai apapun, kalau ingin mulia dan dimuliakan Allah, akrabi al-Quran,” tururnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni