PWMU.CO– Sebelum doa minta anak saleh pahami dulu maknanya sehingga doa itu bisa menjadi kenyataan.
Bahasan pembinaan anak saleh disampaikan seminar Interaksi dan Perilaku Sosial terhadap Pendidikan Anak Usia Dini dalam Perspektif Islam di Era Milenial.
Seminar diselenggarakan di TK Al-Islah Gununganyar Surabaya, Sabtu (10/3/2023). Acara ini merupakan program Pengabdian Masyarakat dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG).
Acara dihadiri oleh wakil ketua yayasan, kepala sekolah, guru, dan wali murid. Materi disampaikan oleh Mushab Al Umairi dan Rr Agustien Lilawati, dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini Universitas Muhammadiyah Gresik.
Dalam paparannya Mushab Al Umairi menjelaskan, tujuan utama Pendidikan Islam Anak Usia Dini membentuk karakter anak yang saleh dan salehah.
Hal ini sesuai dengan yang diajarkan dalam Islam terkait dengan bagaimana mendidik anak yang baik. Kalau anak saleh dan salehah insyaallah anak itu memiliki interaksi dan perilaku sosialnya baik.
“Dalam al-Quran ada beberapa nabi meminta agar dikaruniakan anak yang saleh seperti Nabi Ibrahim, Zakaria, dan Nabi Muhammad saw,” kata Mushab Al Umairi. Doa Nabi Ibrahim berbunyi Rabbi habli minash-shalihiin.
Mushab menerangkan, kata saleh itu memiliki lima makna yang mencakup seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan anak.
”Kata saleh bisa juga dikatakan toyyib, saleh juga bisa dikatakan khair, saleh juga bisa dikatakan ihsan, saleh juga bisa dikatakan makruf dan saleh juga bisa disebut dengan mabrur,” kata Mushab Al Umairi.
Dia menguraikan lima makna saleh. Toyyib ialah fisik yang baik. Khair ialah sifat yang baik. Ihsan ialah perbuatan yang baik. Makruf ialah sikap yang baik. Mabrur ialah dari perbuatan yang tidak baik berubah menjadi baik.
Maka pahami dulu makna kata itu sebelum doa minta anak saleh supaya jelas tergambar dalam doanya.
Interaksi Sosial Anak
Kemudian Rr Agustien Lilawati menerangkan masa usia dini merupakan masa pembentukan fondasi bagi interaksi sosial seorang manusia. Ketidakmampuan seorang anak dalam interaksi sosial yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya dapat menyebabkan anak terkucilkan dari lingkungannya. Tidak terbentuknya kepercayaan pada diri sendiri, dan lainnya. Akibatnya anak akan mengalami hambatan dalam perkembangan selanjutnya.
”Anak itu harus diberikan edukasi bagaimana cara mereka berteman, jangan sampai kita sebagai orang dewasa lengah terhadap sosial mereka, dan juga harus konsisten agar anak tidak bingung dalam memberikan contoh sosial yang baik,” kata Rr Agustin Lillawati.
Penulis Mushab Al Umairi Editor Sugeng Purwanto