Opini oleh Maslahul Falah *)
PWMU.CO – Pada tanggal 22 April kemarin masyarakat dunia memeringati Hari Bumi (Earth Day). Peringatan Hari Bumi hakikatnya juga mengingatkan kita untuk senantiasa mempelajari, memahami, memanfaatkan, dan memelihara apa yang ada dan berkaitan dengan bumi. Termasuk memikirkan kelangsungan hidupnya, bagaimana sumber daya bumi yang terbatas ini bisa menjamin kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap, kata ‘bumi’ dalam bahasa Arab adalah al-ardh. Sedangkan dalam Kamus Al-Maurid Arab-Inggris, al-ardh diartikan dengan The Earth. Jika kita membaca ayat-ayat Alquran akan menemui kata atau kalimat al-ardh ini. Meskipun tidak semua kata al-ardh ini bermakna bumi—yang dalam alam pemikiran kita sebagai salah satu planet.
(Baca: Peringati Hari Bumi, Mahasiswa UMSurabaya Serukan Sehari Tanpa Asap)
Dalam kitab Al-Wujuh wa An-Nazhair li Alfazh Kitab Allah Al-‘Aziz yang disusun oleh Al-Imam asy-Syaikh Abi ‘Abd Allah al-Husaini ibn Muhammad ad-Damaghani ini, kata al-ardh mempunyai 14 sisi makna sesuai dengan konteks ayat Alquran yang dimaksud.
Di sisi lain, Mujiyono Abdillah (2001: 44) mengartikan al-ardh itu dengan ruang tempat. Menurut Mujiyono, secara kuantitas kata ruang tempat atau bumi, al-ardh digunakan dalam Alquran sebanyak 463 kali, baik muncul secara sendirian atau digabungkan dengan kata tugas.
Sedangkan secara kualitas, kata al-ardh memiliki dua variasi makna. Pertama, bermakna lingkungan planet bumi yang sudah jadi dengan konotasi tanah sebagai ruang tempat organisme atau jasad renik, wilayah tempat kehidupan manusia dan fenomena geologis. Kedua, bermakna lingkungan planet bumi dalam proses menjadi yakni proses penciptaan dan kejadian planet bumi.
Untuk kepentingan perumusan konsep lingkungan tampaknya konotasi yang pertama yakni lingkungan bumi yang sudah jadi dapat membantu memperjelas dan mempertegas konsep. Sedangkan untuk kata al-ardh dalam konotasi proses penciptaan lingkungan lebih tepat jika digunakan untuk kepentingan kajian filosofis. Oleh karena itu, yang perlu dicermati lebih lanjut adalah kata al-ardh yang berkonotasi bumi sebagai lingkungan yang sudah jadi (2011: 44-45).
Merujuk pada makna al-ardh menurut Mujiyono itulah tulisan ini didasarkan. Dan sangat mungkin juga Hari Bumi juga semakna dengan bumi yang kita tempati ini. Bumi menjadi bagian satu kesatuan dari alam semesta yang diciptakan Allah untuk manusia. Manusia dan alam pada hakikatnya satu dan berada dalam hukum atau aturan yang satu, yakni hukum alam.
Adapun bumi dan gunung, daratan, hutan dan padang pasir, sungai dan danau-danaunya, selat dan lautannya, hanyalah bagian dari alam. Ketika manusia berbuat baik dengan lingkungan berarti berbuat baik kepada dirinya sendiri dan juga sebaliknya.
Tentang bumi ini, Allah menyebutkan dalam salah satu ayat Alquran surat An-Naba`ayat 6, “Bukankah Kami menjadikan bumi sebagai hamparan?” Menurut Abdul Basith Al-Jamal (2003:26), arti penghamparan ini adalah mempersiapkan sesuatu agar layak digunakan dan dimanfaatkan, dengan diawali serangkaian persiapan-persiapan mulai dari yang primer sampai yang sekunder. Dan cara pengungkapan sesuatu dengan menggunakan kata al-mihad, berarti validitasnya sempurna sehingga siap digunakan.
Kondisi bumi pun yang pada akhirnya berbentuk hamparan, sebelumnya diawali dengan serangkaian peristiwa geologi dan fisiokimia tertentu, di mana bumi pada pertama kalinya dingin, kemudian setelah kadar panasnya stabil, mulai membentuk hingga tercipta bentuk akhirnya yang lonjong seperti telur. Setelah itu terjadi proses rumit kimiawi hingga bentuk luar bumi layak untuk ditumbuhi tetumbuhan, di mana permukaan bumi menyediakan semua unsur yang dibutuhkan tumbuh-tumbuhan itu untuk hidup dan berkembang, berbuah dan berbunga. Baca sambungan di halaman 2 ….