Lika-liku Berdirinya Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah Brondong: Diwarnai Gugatan Rp 11,5 MLiputan Slamet Hariadi
PWMU.CO – Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah Brondong merupakan satu-satunya amal usaha Muhammadiyah (AUM) milik Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) yang pengelolaannya diserahkan kepada Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Brondong.
Klinik ini berada di Jalan Deandles Nomor 105 RT 01/RW 05 Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Kondisi Sosial Geografis
Brondong sebagai salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara (pantura) Kabupaten Lamongan, berada pada koordinat antara 06°53’30,81”- 7°23’6” lintang selatan dan 112°17’01,22” – 112°33’12” bujur timur, dengan ketinggian antara 5-73 meter dari permukaan air laut.
Luas Kecamatan Brondong adalah 70,14 Km². Jarak desa terdekat dengan kantor kecamatan adalah Desa Sedayulawas yakni 1 km², dan desa terjauh dengan kantor kecamatan adalah Desa Lohgung yakni 13 km².
Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Brondong adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa; sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Laren; sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tuban; dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Paciran dan Kecamatan Solokuro.
Kecamatan Brondong terdiri dari 10 desa yang kesemuanya berstatus hukum definitif dengan 9 desa dan 1 kelurahan. Terdapat 25 dusun, 59 rukun warga (RW), 269 rukun tetangga (RT). Sejak 1986 hingga 2022 Kecamatan Brondong sudah mengalami pergantian camat sebanyak 11 kali dengan masa jabatan paling lama sembilan tahun dan masa jabatan paling singkat kurang dari satu tahun.
Kelurahan dan desa di Kecamatan Brondong yaitu Kelurahan Brondong, Desa Brengkok, Labuhan, Lembor, Lohgung, Sedayu Lawas, Sendangharjo, Sidomukti, Sumberagung, dan Tlogoretno.
Dinamika Muhammadiyah Brondong
Perkembangan Muhammadiyah di Brondong setelah lepas dari Cabang Blimbing cukup pesat Asfuri—setelah melaksanakan haji namanya menjadi H. Anshori—merupakan tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Muhammadiyah di Brondong.
Adapun pusat kegiatan yang berupa pengajian dan kaderisasi dipusatkan di Masjid Al Munawaroh. Selanjutnya pengembangan ke ranting-ranting dilakukan oleh Kiai Ridlwan Syarqowi, Kiai A Manaf Zahri, dan Kiai Afnan Anshori.
Pengesahan pendirian organisasinya berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor M.127/C.11/90 tertanggal 10 April 1990. Ranting-ranting yang telah berdiri dan ber-SK adalah: Betiring, Brengkok, Brondong, Belik, Cumpleng, Geneng, Pambon, Sedayulawas, Sumberagung, Wedung, Labuhan, Lembor, Mencorek, Sidomukti, Sendangharjo, Tlogoretno, Jompong, dan Ngesong,
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong sejak tahun 1970 hingga 2020 sebagai berikut: periode 1970-1975 Kiai A Manaf Zahri, periode 1975-1980 KH Afnan Anshori; periode 1980-1985 KH Afnan Anshori: periode 1985-1990 KH Afnan Anshori; periode 1990-1995 KH Afnan Anshori; periode 1995-2000 KH Afnan Anshori; periode 2000-2005 KH Sa’dullah; periode 2005-2010 KH Sa’dullah, periode 2010-2015 KH Ahmad Ahzab, dan periode 2015-2022 Drs Mat Iskan.
Sejarah Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah Brondong
Klinik ini berdiri pada tanggal 12 November 1985 yang di pelopori oleh Hj Chusniah atas kuasa yang diberikan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) KH Ahmad Ahzab dan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Brondong Hj Lailatul Badriyah. Pada awalnya klinik ini berdiri dengan nama Balai Kesehatan (Bakes) Aisyiyah Brondong.
Kepala Kepegawaian Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah Brondong Efendi SPd menceritakan, pada tahun 1986 bakes ini telah mendapatkan perizinan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Setelah berjalan beberapa tahun—dengan tempat yang masih berpindah-pindah—bakes ini akhirnya mengalami penurunan yang memprihatinkan. Penyebabnya lemahnya pendanaan dan pelanggan, serta keberadaan bakes yang tempatnya tidak jelas karena berpindah-pindah.
Akibatnya pada tahun 2003, bakes ini mengalami kevakuman sampai tahun 2005. Kemudian pada tahun 2005 PCM Brondong mendapat wakaf tanah dari H Thohir, suami Hj Lailatul Badriyah (almarhum). Tanah wakaf terletak sebelah barat Kantor Kelurahan Brondong, tepatnya sebelah timur pintu masuk pelabuhan nusantara Brondong Jalan Trunojoyo RT 01/RW 05 Jompong, Brondong, Lamongan.
Efendi menjelaskan, agar bisa buka kembali bakes yang vakum ini, maka tiga orang yaitu Hj Lailatul Badriyah, Siti Mu’arofah, dan Hj Mutholiah mencoba menghidupkan kembali dengan harapan bakes bisa dikenal oleh masyarakat secara luas. Maka bakes ini bisa beroperasi kembali dengan nama BP Muhammadiyah Aisyiyah Brondong. Dengan izin sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lamongan saat itu dijabat dr Muhammad Shokhib (almarhum).
“Akhirnya BP Aisyiyah ini bisa beroperasi kembali dengan syarat untuk segera mengajukan perpanjangan surat izin lama yang telah habis masa berlakunya,” kata Efendi, 15 Maret 2023.
Kendala Perpanjangan Izin Operasional
Efendi mengatakan izin operasional ternyata tidak bisa diperbarui mengingat sudah lama mati. Apalagi persyaratan yang lain tidak bisa dipenuhi oleh pemohon. Juga BP tidak boleh menggunakan dua nama.
“Atas petunjuk dan saran Kepala Dinkes Lamongan sebaiknya nama BP ini menggunakan nama Aisyiyah Brondong, karena nama tersebut sudah tercatat di Dinkes,” katanya.
Melalui proses negosiasi dan koordinasi yang cukup lama antara PCM dan PCA Brondong, akhirnya kedua belah pihak sepakat nama BP tersebut berubah menjadi Klinik Aisyiyah Brondong.
“Dengan ketentuan Muhammadiyah sebagai pemilik dan Aisyiyah sebagai pengelola,” kata Efendi.
Dalam perjalanan, lanjut Efendi, pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB), gangguan HO dan izin operasional mengalami kesulitan, mengingat secara administrasi dan finansial belum bisa memenuhi. Pasalnya ada somasi ke Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) oleh keponakan dan saudara ipar pewakif.
“Sehingga pengajuan penerbitan sertifikat di entikan oleh BPN. Sedangkan berkas atau dokumen sampai sekarang masih berada di BPN Kabupaten Lamongan. Dengan adanya kejadian tersebut akhirnya Kepala Kelurahan Brondong tidak bersedia untuk menandatangi berkas-berkas tersebut selama lima tahun,” terang Efendi.
PCM bersama PCA Brondong akhirnya menggugat Lurah Brondong sebesar Rp 11,5 miliar. Dengan upaya hukum akhirnya melalui sidang mediasi di Pengadilan Negeri Kabupaten Lamongan, Lurah Brondong Alfin Miftahul Khoiribersedia menandatangani dan pemerintah Kecamatan melalui Plt Camat Brondong Sariono bersedia membantu proses perizinan klinik Aisyiyah Brondong.
“Setelah terjadi proses hukum di atas, berkas klinik Aisyiyah Brondong dimasukkan ke Dinas Perizinan dan langsung mendapatkan respon positif,” kata Efendi.
Pada Juli 2015 Dinas Kesehatan mengadakan visitasi ke Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah Brondong. Dari hasil visitasi ditemukan beberapa kekurangan administrasi antara lain serifikat tanah, gambar kontruksi (site/plan), surat izin lingkungan, dan surat rekomendasi Ketua Badan Lingkungan Hidup (BLH), serta surat rekomendasi dari Badan Pengawas Jalan Provinsi Jawa Timur (Balai Besar), sehingga perizinan terhenti lagi.
Berkat kerja keras, kekurangan berkas-berkas bisa di selesaikan tepatnya pada bulan April 2016. Seluruh berkas kemudian diajukan ke Dinas Perizinan Kabupaten Lamongan. “Dan alhamdulilah langsung diprosessehingga pada bulan Juni 2016 dokumen meliputi UPL/UKL, IMB, dan HO bisa diterbitkan,” kata doa.
Terbit Izin Operasional Klinik
Pada tanggal 27 Juli 2016 berlangsung rapat antara PCA Brondong, dokter penanggung jawab, pelaksana klinik, RS Muhammadiyah Lamongan, dan PDA Lamongan serta Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur diputuskan untuk pengajuan izin klinik Pratama ‘Aisyiyah Brondong dengan status klinik rawat jalan 24 jam. Sebagai dokter penanggung jawab dr Esty Martina Rachmie dan Kepala Klinik (waktu itu) Efendi.
Dengan berjalannya waktu, tepatnya pada tanggal 16 Maret 2017 Klinik ‘Aisyiyah Brondong resmi mendapatkan izin operasional rawat inap. Di awal-awal operasional klinik ini dipimpin Efendi dan dokter penanggung jawab dr Esty Martiana Rachmie dibantu dokter pelaksana Rivansyah Adi Nugroho.
Tahun 2018 surat tanda registrasi (STR) dokter penanggung jawab habis dan selanjutnya diganti dr Khofi Khafizhah Fathur. Karena adanya regulasi Permenkes dan surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mengharuskan penanggung jawab klinik adalah tenaga medis yang punya surat izin praktik (SIP) aktif di klinik, maka dr Khofi Khafizhah Fathur pada bulan Juni 2022 diganti kepala klinik yang baru yaitu dr Himatul Mahmudah dan wakil Isthofainatul Ula S Ikom masa jabatan 2022-2026.
Visi, Misi Dan Motto Klinik
Efendi menerangkan, visi Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah Brondong adalah Menjadi Klinik Islam Pilihan Masyarakat yang Terpercaya, Berkualitas,serta Profesional dalam Pelayanan.
Misi klinik, pertama memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif, informatif, dan berkualitas pada masyarakat. Kedua untuk meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan, dan keputusan pasien.
Ketiga melaksanakan dan menerapkan nilai-nilai Islam di seluruh aspek pelayanan maupun pengelolaan klinik. Keempat meningkatkan kesejahteraan serta kualitas sumber daya insani yang profesional dan berkomitmen tinggi.
Kelima menjadikan klinik sebagai sarana ibadah dan dakwah. Keenam untuk mengembangkan jaringan kerjasama serta berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. Motto klinik “Melayani dengan Sepenuh Hati”.
Layanan Klinik Rawat Inap Aisyiyah Brondong meliputi unit gawat darurat (UGD), ambulans, farmasi, rawat jalan, poligigi, poli-BKIA, KB, laboratorium, EKG rekam jantung, USG kebidanan, rawat inap, home visite(home care), serta perawatan luka.
Juga mempunyai program unggulan berupa kegiatan sosial yakni bakti sosial, timkes, senam sehat, gratis pelayanan suntik KB , dan prorhesa gigi (gigi palsu), serta pelayanan BPJS. Untuk kemitraan asuransi kesehatan sekolah TK Aisyiyah, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan PT Adhi Karya.
Sumber daya insani (SDI) untuk tenaga medis ada empat dokter umum, satu dokter gigi, enam perawat, empat bidan, satu apoteker, dua analis kesehatan.
Sedangkan untuk tenaga nonmedis ada satu akuntan, satu psikologi, satu informatika, dan dua SMA. Total karyawan 23 orang. (*)
Lika-liku Berdirinya Klinik Pratama Rawat Inap Aisyiyah Brondong; Editor Mohammad Nurfatoni