PWMU.CO– Guru Muhammadiyah harus paham Muhammadiyah, jangan salah paham bekerja di amal usaha ini.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Ketua PWM Jatim Dr Muhammad Sholihin MPSDM dalam Baitul Arqam PCM Tandes di Masjid al-Ittihad Jl. Manukan Kulon Surabaya, Selasa (18/4/2023) petang.
Sholihin menceritakan pengalaman saat menjadi kepala sekolah selama dua periode di SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat). Sebelum mengajar, guru di sekolah Muhammadyah harus paham tentang Muhammadiyah. Bukan salah paham tentang Muhammadiyah.
“Saat kepala sekolah Mudipat dulu. Saya terapkan aturan bagi guru baru tidak otomatis langsung mengajar, tapi dua bulan harus paham betul tentang Muhammadiyah,” tegas kepala SD Mudipat 2006-2014 ini.
Menurut dia, di antara panduan wajib sebagai guru Muhammadiyah harus paham tentang prinsip gerakan Muhammadiyah, yakni:
1. Intelektualitas (banyak ide)
2. Kolektivitas (kebersamaan)
3. Humanitas (memanusiakan)
4. Spiritualitas (berlandaskan nilai agama)
5. Moralitas (akhlak)
6. Profesionalitas.
“Poin terakhir tentang profesionalitas. Guru Muhammadiyah harus bekerja menerapkan prinsip 6 F: Focus, Fast, Fighter, Fun, Flexible, dan Friendly,” terang Sholikin.
Berikutnya, sambung Sholihin, guru Muhammadiyah harus berorientasi pada lima prinsip pendidikan Muhammadiyah. “Yakni memerangi kebodohan, memerangi kemiskinan, memurnikan ajaran Islam, membangun SDM Indonesia dan membendung Kristenisasi,” tegas sholihin.
Setelah tahu prinsip pendidikan Muhammadiyah, lanjut Solihin, harus tahu juga tentang orientasi pendidikan Muhammadiyah dan Misi Pendidikan Muhammadiyah.
“Orientasi pendidikan Muhammadiyah untuk membentuk pribadi yang Tilawah (cerdas pikiran), Tazkia (suci jiwa), Ta’lim (cerdas hati), dan Tauhid (mengesakan Allah),” tandasnya.
Sedangkan misi pendidikan Muhammadiyah, menurut Sholihin, ada tiga tujuan utama, yakni dakwah, memurnikan Islam dan kaderisasi.
“Mulai sekarang diubah niatnya untuk mencari murid banyak, jangan untuk mendapat rupiah. Tapi niatkan ingin mendapatkan murid banyak untuk tujuan dakwah. Insyaallah ini akan mudah dikabulkan,” kata Sholihin yang diamini seluruh forum.
Guru Muhammadiyah juga harus paham fungsi AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) sebagai wadah untuk 1) Mempercepat tercapainya tujuan Muhammadiyah. 2) Ladang beramal dan beribadah. 3) Tempat menyemai kader Muhammadiyah dan bangsa.
“Di sini poin utamanya guru Muhammadiyah harus berdiri di atas dua kaki, profesi sebagai pengajar atau pendidik sekaligus harus aktif di organisasi. Kalo berdiri di satu kaki, pasti pincang dan mudah jatuh,” tegas sholihin yang disambut tepuk tangan seluruh hadirin.
Terakhir, Sholihin berharap, ke depan saat meluluskan murid di akhir masa studinya jangan pakai acara wisuda, tapi ganti dengan acara Pengukuhan Kader.
“Wis sudah dalam bahasa Jawa artinya selesai dan digurak (diusir). Ubah wisuda tapi pengukuhan kader Muhammadiyah. insyaallah lebih keren dan berdaya guna, berhasil guna,” kata Sholihin yang mendapat aplaus hadirin.
Kompak
Kegiatan di ujung bulan Ramadhan 1444 H ini dihadiri guru SD Muhammadiyah 14 Surabaya sebanyak 26 orang, SMP Muhammadiyah 14 Surabaya ada 25 peserta, MIM 23 Surabaya hadir 13 peserta, ditambah beberapa perwakilan dari 5 PRM se-Cabang Tandes.
Kepala SD Muhammadiyah 14 Surabaya, Qurrota A’yun SPd, mengapresiasi kegiatan ini guna mengingatkan kembali semangat ber-Muhammadiyah. “Materinya keren, disampaikan secara asyik insyaallah sangat berguna untuk menambah semangat dalam bekerja dan beribadah di Muhammadiyah,” katanya.
Kepala MIM 23 Surabaya, Dzul Fanny SThI, mengatakan, kegiatan ini menambah kesolidan antara guru dan karyawan antar AUM di PCM Tandes.
Kepala SMP Muhammadiyah 14 Surabaya, Hanif Ashar S.Pd, merasa terbantu dengan Baitul Arqam kali ini karena bisa meningkatkan semangat keikhlasan dan militansi guru sebagai kader Muhammadiyah.
“Saya 1000% sepakat dengan uraian ustadz Sholihin, karena setiap hari saya juga selalu mengingatkan guru dan karyawan agar berkerja dalam semangat ibadah lillahi ta’ala,” ungkap Hanif.
Di antara tokoh Muhammadiyah yang hadir dalam Baitul Arqam tersebut antara lain Hasan Cholis (Wakil Ketua PDM Kota Surabaya), Mashudi (Ketua PCM Tandes), Arif Supardi (Wakil Ketua PCM Tandes), Bambang Sukarsono dan Munir (Didasmen PCM Tandes).
Penulis Muhammad Syaifudin Zuhri Editor Sugeng Purwanto