Workshop Penyusunan Perangkat Mengajar Kurikulum Merdeka SD Mudabo Diikuti Lima Sekolah: Liputan Yuni Asih
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro (SD Mudabo) bekerja sama dengan penerbit Erlangga menyelenggarakan Workshop Penyusunan Perangkat Mengajar Kurikulum Merdeka.
Kegiatan ini diikuti 56 guru dari SD-SD yang tergabung dalam Gugus IV. Yaitu: SDN Sumbang 1, SDN Kauman 1, SDN Kauman 2, dan SDN Kepatihan. Ada 56 guru dari SD-SD di gugus IV yang mengikuti acara workshop tersebut.
Workshop yang dilaksanakan Sabtu-Ahad (29-30/4/2023) di SD Mudabo Jalan Untung Suropati No. 44A-D, Sumbang, Bojonegoro ini, menghadirkan narasumber Falidan Ahmad MPd, Widyaiswara Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Timur.
Di hari pertama workshop membahas tentang cara mem-break down Capaian Pembelajaran (CP) menjadi Tujuan Pembelajaran (TP) dan kemudian disusun menjadi Alur Tujuan Pembelajaran (ATP).
Falidan Ahmad menjelaskan kompetensi ini harus dimiliki oleh setiap guru, tidak hanya guru kelas I, II, IV, dan V—yang telah dan akan menggunakan Kurikulum Merdeka—tetapi juga semua level kelas. Karena IKM tidak mengukur ketercapaian pembelajaran terselesaikan pada level kelas tapi fase.
Seperti diketahui pada jenjang SD ada tiga fase, yakni: fase A untuk kelas I dan II, fase B untuk kelas III dan IV, dan fase C untuk kelas V dan VI.
Mandiri Menyusun ATP
Falidan menyampaikan ada tiga cara dalam mem-break down CP yaitu: pertama, merumuskan tujuan pembelajaran secara langsung dari CP. Kedua, merumuskan TP dengan menganalisis ‘Kompetensi’ dan ‘Lingkup Materi’ pada CP. Ketiga, merumuskan TP Lintas Elemen pada Capaian Pembelajaran.
“Dari ketiga cara tersebut, cara yang pertama merupakan cara yang paling praktis. Namun dalam praktiknya, cara tersebut bisa menyulitkan kita membagi menjadi jam pelajaran di tiap pekannya. Sehingga guru harus mampu menganalisis tahapan kompetensi yang harus dilalui siswa untuk bisa mencapai kompetensi akhir sesuai CP dan benar-benar kreatif untuk melaksanakan pembelajaran di kelas,” terangnya.
Falidan juga memfasilitasi peserta workshop dalam menyusun modul ajar yang praktis. Sehingga pada pelaksanaan Kurikulum Merdeka, guru tidak lagi dibebankan pada administrasi tetapi lebih difokuskan dalam melaksanakan pembelajaran yang bermakna di kelas.
Menurut dia, sesuai dengan Permendikbudristek Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses, sebuah modul ajar harus memuat: tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan asesmen alias penilaian.
Saat menjelaskan teknik penyusunan modul ajar, Falidan juga menjelaskan macam-macam asesmen yang ada dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Ada dua macam asesmen, yaitu: asesmen formatif dan asesmen sumatif.
Dari dua jenis asesmen tersebut, dia menyampaikan bahwa tidak hanya dalam bentuk tes tulis, tetapi bisa tes lisan, dan unjuk kerja. “Yang perlu dipahami harus ada kesesuaian antara kompetensi yang ingin dicapai dengan jenis asesmennya,” kata dia.
Dia menerangkan, dalam penyusunan modul ajar, seorang guru harus mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas. Menurut penjelasannya, pembelajaran berdiferensiasi dibedakan menjadi tiga, yaitu: konten, proses, dan produk.
“Pembelajaran berdiferensi sangat perlu dilakukan untuk memenuhi gaya belajar siswa. Sehingga seorang guru tidak hanya mampu menyajikan pembelajaran yang bermakna tetapi juga sesuai gaya belajar siswa,” jelasnya.
“Agar apapun gaya belajarnya, siswa dapat mengikuti pembelajaran di kelas dengan nyaman dan bahagia. Terutama di jenjang SD, sebab dunia anak SD adalah dunia bermain, sehingga guru SD harus bisa mengondisikan anak-anak bermain sambil belajar atau belajar dengan cara bermain,” tambahnya.
Hari Kedua
Workshop hari kedua dimulai dengan presentasi break down CP menjadi TP dan ATP dan modul ajar. Pada kesempatan ini, kelompok IPAS mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Mereka mem-break down CP menjadi TP dan ATP menggunakan teknik kedua yaitu dengan cara menganalisis ‘Kompetensi’ dan ‘Lingkup Materi’ pada CP.
Karena menurut kelompok IPAS yang diwakili Nurul Hidayah SPd, teknik ini sangat membantu guru dalam membagi jam pelajaran di kelas dalam setahun. Falidan memberi kesempatan kepada kelompok mapel lain untuk memberi komentar. Bukan komentar yang masuk untuk kelompok IPAS, tetapi justru apresiasi.
Apresiasi tersebut disampaikan oleh Kepala SDN Sumbang 1Juwartin SPd. Menurut dia, workshop ini sangat membantu guru terutama guru-guru di gugus IV dalam memahami IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka). Guru-guru bisa mengevaluasi penerapan IKM di level kelas I dan IV dan yang lebih penting bisa menyiapkan untuk level kelas II dan V. Dia berharap ada kelanjutan dari workshop ini untuk transformasi pendidikan di gugus IV dan Bojonegoro pada umumnya.
Menguatkan Profil Pelajar Pancasila
Materi yang tidak kalah serunya adalah penjelasan tentang Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Menurut pria yang menjabat sebagai CEO Mahran Education Center sejak 2015 sampai sekarang itu, P5 harus ditujukan untuk menguatkan Profil Pelajar Pancasila, bukan membentuk apalagi melemahkan.
“Untuk itu harus dibentuk tim P5 di sekolah. Tim ini yang akan merumuskan dimensi apa yang ingin dikuatkan dari pelaksanaan proyek,” ujarnya.
Dia menerangkan, ada tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan P5. Yaitu: pengenalan, kontekstuaisasi, aksi, refleksi, dan tindak lanjut.
Untuk jenjang SD boleh mengambil 2-3 tema dalam satu tahun. P5 juga harus disampaikan ke orang tua melalui rapor. Dalam rapor P5, tidak ada nilai angka tetapi hanya dalam bentuk deskripsi.
Peserta workshop sangat aktif dalam mengikuti kegiatan ini. Walaupun workshop dilaksanakan di akhir pekan, mereka tidak merasa berkurang sedikit pun semangatnya. Untuk itu, tim penerbit Erlangga mengapresiasi semangat guru-guru dengan memberikan voucher belanja di Logmart. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni