Filosofi Kupat untuk Manajemen Sekolah; Liputan Wigatiningsih
PWMO.CO – SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo mengadakan halalbihalal di Auditorium Nyai Walidah, Selasa (2/5/2023).
Kepala Smamda, M. Zainul Arifin SKom MM berpesan kepada guru dan karyawan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik untuk menunjukkan perubahan kinerja di sekolah juga lebih baik.
“Hal ini untuk mewujudkan visi Smamda sebagai salah satu sekolah kebanggaan warga Muhammadiyah,” pesannya.
Ketua Komite Sekolah dr Tjatur Prijambodo MKes hadir menyampaikan ceramah halalbihalal. Menurutnya, semua orang Islam berhari raya tapi belum tentu beridul Fitri. Ada yang beridul Fitri tapi tidak berhari raya.
Itu semua tergantung bagaimana umat Islam menjalani dan memaknai puasa Ramadhan yang berujung pada Idul Fitri.
Fitri bisa berarti futur artinya sarapan. Sebab setelah berpuasa kembali ke sarapan lagi. Fitri bisa juga berarti fitrah atau bersih. Yakni hati yang kembali bersih dan suci.
“Maka kita bisa menata kembali semua aktivitas ke depan, lebih bersih dengan hati yang suci,” kata Direktur Rumah Sakit Aisyiyah Siti Fatimah Sidoarjo itu.
Filosofi Kupat
Ayah empat orang anak itu mengambil makanan kupat sebagai filosofi dalam memaknai Idul Fitri. Kupat adalah makanan yang disajikan dengan sayur dan lauk—yang disajikan masyarakat sebagai tradisi di enam hari setelah Idul Fitri. Kupat dimaknai sebagai laku papat (perilaku empat) natau ngaku lepat (mengaku salah).
Filosofi laku papat itu adalah: Pertama, kupat bentuknya empat sisi berbahan dasar janur, yang berasal dari kata ja’annur, berarti datangnya cahaya. Maknanya adalah datangnya cahaya Ilahi.
“Maka jika ditarik di sekolah, semua aktivitas di sekolah harus menghadirkan cahaya Ilahi, ridha Allah, menjadi institusi yang bertakwa. Maka jika ada permasalahan di lembaga, pasti akan Allah selesaikan dengan cara-Nya,” tuturnya.
Kedua, empat sisi yang presisi mencerminkan kebersamaan. Dalam lembaga bermakna sinergi. Dan itu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan program untuk mewujudkan visi dan misi sekolah. “Dan mewujudkan visi itu selalu ada Allah yang dihadirkan di sana,” katanya.
Ketiga, isi janur adalah beras putih. Itu melambangkan kesucian. Bahwa dengan tempaan fisik dan spiritual di bulan Ramadhan menghadirkan kembali jiwa, pikiran, dan hati yang bersih dan suci. “Bekerja menjadi tenang dan enjoy tidak ada sakit baik fisik maupun psikis,” katanya.
Keempat, kupat itu bentuknya presisi, pasti tingkat kesulitannya tinggi. Maka jika sudah melalui dua hal di atas, setiap masalah yang ada di sekolah akan mudah mendapatkan solusi atas bimbingan Allah
“Kupat itu anyamannya rapat melambangkan kesempurnaan. Endingnya adalah kita akan mendapatkan rezeki Allah dari pintu yang tidak disangka-sangka. Tarbiahnya adalah, kita bisa berubah ke arah lebih baik. Amin,” tutur Tjatur. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
Discussion about this post