
Haji Abdur Rouf Teladan Berinfak yang Bernilai Investasi Dunia dan Akhirat; Liputan Dadang Prabowo
PWMU.CO – Almarhum Haji Abdur Rouf adalah teladan berinfak yang bernilai investasi dunia dan akhirat. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr H Abdul Mu’ti, MEd saat menandatangani prasasti peresmian Masjid Nyai Walidah Sekolah Pesantren Entrepreneur Al-Maun Muhammadiyah (SPEAM) Kampus Putri, Sabtu (6/5/23).
Selain Masjid Nyai Walidah, juga diresmikan Asrama Putri H Abdur Rouf yang penandatanganannya diwakilkan oleh Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Ir Tamhid Masyhudi. Semula yang dijadwalkan hadir dan menandatangani prasasti asrama tersebut adalah Ketua PWM Jatim, Dr dr Sukadiono, MM. Karena berhalangan hadir maka digantikan oleh Ir Tamhid Masyhudi.
Prasasti ketiga yang ditandangani adalah pernyataan hibah tanah seluas 27.311 M2 beserta bangunan di atasnya dari almarhum H Abdur Rouf kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Dalam hal ini pihak keluarga H Abdur Rouf diwakili oleh ahli warisnya, Hj Novi Ambarsari.
Sosok Haji Abdur Rouf
Haji Abdur Rouf adalah sosok dermawan di kota Pasuruan yang menghibahkan tanah seluas 27.311 M2 kepada Persyarikatan Muhammadiyah. Dia menghibahkan tanah tersebut enam bulan sebelum dirinya wafat pada tahun 2016.
Sejak saat itu, tanah dan bangunan yang dihibahkan ke Muhammadiyah tersebut dimanfaatkan untuk pengembangan Pesantren SPEAM khusus putri.
Atas nama pribadi dan PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada Almarhum Haji Abdurrouf yang dalam hal ini diwakili oleh Hj Novi Ambarsari yang telah menghibahkan tanah 27.311 m2 kepada Persyarikatan Muhammadiyah untuk kepentingan dakwah dan pendidikan.
“Kami mendoakan semoga amal jariah H Abdurrouf dan keluarga mendapat balasan yang baik di sisi Allah,” ucapnya.
Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah itu menambahkan bahwa 27.311 m2 kalau dirupiahkan pasti sangat banyak nilainya. Dan yang dilakukan bapak Abdur Rouf lanjutnya adalah sebuah kemuliaan, bahwa harta yang kita miliki harus memiliki manfaat baik secara duniawi dan ukhrawi.
“Kalau orang punya harta dan hanya untuk pelesir saja. Itu ya akan habis begitu saja, dan oleh-olehnya foto. Nanti di-share dan pelesirnya menjadi flexing,” ungkapnya disambut tawa hadirin.

Investasi Dunia dan Akhirat
Abdul Mu’ti menerangkan Haji Abdur Rouf memberi contoh bahwa harta yang kita miliki harus mempunyai nilai dunia dan akhirat. Sehingga Allah mengingatkan manusia untuk menggunakan anugerah Allah yang diberikan kepadanya.
Hal itu lanjut Mu’ti seperti yang disebutkan dalam surat al-Qashas, ayat: 77.
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Addar dalam ayat tersebut menurut Mu’ti bisa berarti rumah, istana, dan wilayah. Makanya kata-kata daerah berasal dari bahasa Arab addairah yang artinya wilayah atau teritorial
Dan Addar al akhirat adalah kampung di akhirat yang itu dicari dengan anugerah yang Allah berikan kepada manusia.
Meskipun begitu Allah mengingatkan supaya jangan lupa dengan bagian di dunia. Dan Allah menyuruh untuk berbuat Ihsan dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi
“Dan apa yang beliau hibahkan akan menjadi amal jariyah, karena apa yang beliau infakkan sesuai dengan hadits Nabi tentang amal hariyah yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan,” tuturnya.
Dengan hibah kepada SPEAM ungkap Mu’ti maka ketiganya diperoleh. Karena hartanya menjadi jariyah, dan di SPEAM banyak santri belajar ilmu yang bermanfaat dan juga mendapatkan doa para santri dan ustadz.
Lebih lanjut Mu’ti menyampaikan bahwa ketika Al-Quran berbicara tentang infak, maka Al-Quran membuat perumpamaan atau tamsil seperti orang yang menanam sebutir biji.
Ayat tersebut (surat Al-Baqarah: 261) menjadi ayat pentingnya investasi dunia dan akhirat. Sering ayat ini imbuh Mu’ti ditafsirkan dengan hitungan matematis. Misalnya orang bersedekah itu seperti menanam satu biji kemudian menjadi satu pohon yang memiliki tujuh cabang, dan setiap cabang memiliki 100 biji. Sehingga menjadi 700 kali lipat.
“Kalau dimaknai secara kuantitatif seperti itu, maka orang akan pelit dalam beribadah,” paparnya.
“Nyumbangnya hanya seribu saja dan yang seribu itu nilainya 700 ribu. Kalau hanya seribu bisa apa,” lanjutnya.
Pahala Berlimpah
Tapi kalau ayat tersebut dibaca lengkap, maka sedekah itu harus bernilai investasi. Karena Allah Maha melipatgandakan segala sesuatu, Maha luas karunianya dan Maha Mengetahui apa yang dilakukan manusia.
Mu’ti lantas membuat analogi lulusan SPEAM yang kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi dan lulus menjadi seorang guru. Dan guru itu mengajarkan ilmunya kepada anak didiknya. Betapa banyak pahala yang akan dipanen oleh orang yang menghibahkan SPEAM ini.
Al-quran ungkap Mu’ti memberikan tamsil dengan menanam pohon. Orang yang menanam pohon belum tentu menikmati buah yang ia tanam. Bisa jadi orangnya sudah meninggal tapi pohonnya baru berbuah dan yang menikmati orang lain.
Menanam pohon itu investasi dan itulah infak yang memberikan inspirasi.
“Berinfaklah yang produktif bukan infak yang konsumtif kecuali dalam keadaan darurat,” ujarnya.
Infak dalam bentuk cash and carry, diberikan dalam bentuk kes dan kemudian hasilnya langsung dinikmati memang mengenakkan, tapi manfaatnya bukan manfaat yang jangka panjang.
Tapi kalau hibahnya untuk sekolah dan pesantren akan menjadi amal jariiah yang pahalanya tidak akan berhenti. Dan inilah yang menjadi inspirasi berderma di Muhammadiyah. Orang berderma untuk rumah sakit semuanya untuk investasi akhirat.
“Untuk itu kalau ada orang seperti Ustatd Abdur Rouf ini, maka SPEAM akan berkembang lebih cepat lagi,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni