PWMU.CO – Makna sepuluh jari tangan ibu menjadi ulasan di Malam Bina Iman dan Takwa (Mabit) SD Muhammadiyah 11 Dupak Bangunsari Surabaya, Jumat (5/5/23) malam.
Acara Mabit kajian Emotional Spiritual Quotient (ESQ) itu mengundang pembicara Afif Hidayatullah SE SPd MAk. Diikuti 114 siswa kelas VI, orangtua, dan para guru. Acara diawali dengan murajaah dan shalat Isyak berjamaah.
Membuka acara Afif Hidayatullah mengutip surat al-Insyirah (94): 5-6. ”Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”
Direktur Utama Power Inspirition Training Center ini memotivasi seluruh peserta. Dengan menampilkan video inspirasi diiringi narasi yang membuat peserta ESQ hanyut dalam suasana.
Hingga tiba sesi terakhir ditampilkannya video tentang kesuksesan seorang pemuda yang hidup bersama ibunya bekerja sebagai petugas kebersihan.
Di sebuah ruangan, terjadi dialog singkat antara pemuda dan direktur utama perusahaan besar dan terkenal. Direktur memuji dan kagum atas prestasi pemuda seraya tersenyum.
“Tahukah kamu apa makna sepuluh jari tangan ibu mu?” tanya direktur.
Pemuda tersebut terdiam sejenak. Lalu menjawab,”Saya tidak pernah memegang dan melihat jari ibu saya, karena jari-jarinya kotor akibat pekerjaannya tukang bersih-bersih sepanjang jalan kota.”
Direktur tetap tersenyum seraya mengembalikan map yang berisi biodata lengkap dengan berkas lamaran pekerjaan.
Singkat cerita pemuda tersebut kembali bertemu direktur dengan terisak pemuda tersebut berkata.
”Ternyata makna sepuluh jari ibu itu adalah pengorbanannya terhadap anaknya sejak kecil yang rela bertaruh nyawa, membelai, merawat, menggendong, bahkan goresan luka tak dihiraukan demi kesuksesan anak-anaknya.”
Hujan Tangis
Di sesi terakhir seluruh siswa diminta menghampiri orangtuanya yang didominasi ibu-ibu. Para siswa memeluk orangtuanya sambil sesenggukan.
Orangtuanyapun ikut larut dalam keharuan. Kemudian Ustadz Afif menutup dengan doa yang ditirukan seluruh audiens.
Kepala SD Muhlas, Mursiah SAg MPd, merasa bangga dan bersyukur dapat melaksanakan ESQ ibu dan anak ini.
”Semoga program sekolah yang direncanakan setiap tahunnya selalu memberikan yang terbaik baik bagi siswa maupun orang tua,” katanya.
Mursiah melanjutkan kegiatan Mabit Jumat-Sabtu ini adalah yang terakhir bagi kelas VI tahun pelajaran 2022-2023.
”Kebersamaan dan dukungan dari orang tua tidak cukup sampai malam ini, melainkan selalu istiqamah untuk selalu membimbing para siswa dengan karakter keislaman seperti yang telah diajarkan di SD Muhlas,” harap Mursiah.
Sementara itu di sela kegiatan orangtua dari Grady Zaindhira mengungkapkan sangat berterima kasih pada SD Muhlas diundang malam hari ini.
“Kami bangga dengan SD Muhlas karena putra-putri kami dididik dengan nilai-nilai keIslaman yang cukup banyak, semoga kami bisa istiqomah dalam membimbing putra-putri kami sebagaimana harapan kita bersama,” katanya.
Sekitar pukul 22.30 acara berakhir dan para siswa menuju ke asrama untuk beristirahat persiapan shalat lail.
Penulis Muriyono Editor Sugeng Purwanto