Syahdunya Pembacaan Puisi di penutupan Musyda Aisyiyah Sidoarjo; Liputan Mahyuddin, langsung dari arena Musyda di Trawas.
PWMU.CO – Pembacaan puisi menghiasi penutupan Musyda-12 Aisyiyah Kabupaten Sidoarjo, di Hotel Grand Whiz Trawas, Mojokerto, Ahad (7/5/23)
Setelah agenda pidato ketua terpilih dan penutupan oleh Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawah Timur, ada agenda di luar rundown yaitu pembacaan puisi oleh Rohilah Turchan Badri, selaku Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sidoarjo Majelis Tabligh periode 2015-2022.
Di usia 72, tahun, Rohilah Turchan Badri yang pernah menjadi kepala sekolah SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo membacakan dua puisi yang begitu semangat, dengan suara lantang, dan menghayati.
Puisi pertama yang dibacakan yaitu tentang harapan untuk kepengurusan PDA Sidoarjo periode 2022-2027.
Wahai Pimpinanan Aisyiyah yang baru
di pundakmu terpikul beban
beban dan tanggungjawab
untuk masa kini, nanti, dan yang akhir di hadapan Tuhan tang Esa.
Tentang amanat Tuhan
tentang harapan yang engkau cetuskan.
Semoga Allah selalu memberi hidayah-Nya
kepada pimpinan Aisyiyah terbaru untuk berjuang dan berjuang
Semoga bisa mengangkat derajat kaum wanita umat Islam dan bangsa Indonesia
menjadi wanita berkemajuan.
Nashrun Min Allah wa Fathun Qarib.Fastabiqul Khairat.
Puisi Kedua
Rohilah juga membacakan puisi kedua tentang semangat perbaikan diri dari waktu ke waktu, dari satu musyda ke musyda lainnya.
Payung tidak bisa ditembus hujan.
tetapi dengan payung kita dapat menembus hujan untuk meraih tujuan
dari Musyda ke Musyda
Khittah menjadi pegangan dasar, gerakan pencerahan kian besar
Indonesia harus berada di jalan yang benar
memelihara yang terbaik dari masa lalu, dan ciptakan yang terbaik untuk masa depan.
Setelah membacakan puisi di depan, disambut dengan tepuk tangan para musyawirin. Rohilah Turchan Badri menceritakan motivasinya membuat dan membacakan puisinya pada Musyda-12 Aisyiyah Kabupaten Sidoarjo. “Sekadar memberikan pesan dan kesan agar tetap semangat dalam berorganisasi, ber-Aisyiyah,” jelasnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.