PWMU.CO– Datangi Pengajian Ahad Pagi naik motor dilakukan enam Pemuda Muhammadiyah Kota Trenggalek. Mereka adalah Irfan Fidianto, Arifin, Fahrur Rosi, Effendi, Mujiarto, dan Adam Nur Ferdiansyah.
Pengajian Ahad Pagi Spesial Syawal yang diadakan PDM Trenggalek bertempat di Masjid Ihyauddin Dusun Singgihan Desa Masaran Kecamatan Munjungan Kabupaten Trenggalek, Ahad (7/5/2023). Menghadirkan penceramah Sekretaris PWM Jawa Timur Prof Dr Biyanto.
Enam pemuda yang datangi pengajian itu berangkat Sabtu (6/5/2023) sore hari menuju ke Munjungan yang berjarak 50 kilometer.
Di tengah perjalanan mereka beristirahat di Rest Area Besuki Munjungan untuk istirahat dan mendinginkan mesin. ”Motor matic karena pakai rantai karet v-belt harus dijaga tidak boleh panas supaya tidak putus. Begitu juga rem sepeda motor matik perlu didinginkan supaya tidak ngeblong,” kata Irfan Fidianto.
Mereka istirahat sambil menikmati pemandangan sekitar sambil minum dari bekal bawaan. Ketika sudah fit dan rem sepeda motor matik dingin mereka berangkat lagi. Lokasi pengajian tinggal 15 kilometer lagi. Mereka berenam sampai di Munjungan pukul 21.00 malam. Setelah memarkir kendaraan dan istirahat sebentar lalu membantu pemasangan terop.
Lokasi pengajian ini berdekatan dengan pantai Blado. Hanya sekitar 300 meter jauhnya. Selesai pengajian dan halalbihalal jamaah yang berdatangan dari penjuru Trenggalek bisa berwisata menikmati keindahan pantai Blado. Nelayan di kampung sini juga menjual ikan hasil tangkapannya.
Bermuhammadiyah
Pengajian Ahad Pagi dimulai pukul 08.30. Wakil Ketua PDM Trenggalek Wicaksono memberikan sambutan iftitah selama satu jam. Dia memberikan pencerahan tentang pentingnya menjaga spirit puasa Ramadan agar tetap terjaga.
Ketua PDM Trenggalek Drs Rohmat MM dalam sambutannya menejelaskan hari terakhir menjadi Ketua PDM Trenggalek. Setelah ini dia menyatakan tidak mencalonkan lagi sebagai ketua PDM. ”Saya memilih menjadi Ketua PRM Sumbergedong,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Ketika pengajian mulai penceramah Prof Biyanto memberikan gambaran tentang cara ber-Muhammadiyah dan memandang perbedaan dalam proses penentuan Idul Fitri.
Dia menjelaskan, rukyatul hilal memiliki dua kategori. Rukyatul bil aqlu atau bil ilmi dan rukyatul bil fi’li. ”Silakan memilih, ini adalah ijtihad. Karena ijtihad maka bisa salah bisa benar. Menyikapi ini tidak boleh emosi. Mengutip pesan Malik Fajar, dalam ber-Muhammadiyah harus luas dan luwes, ngopi yang jauh,” kata guru besar UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Dia menambahkan, bisa ngopi di Thailand, Singapura, Turki bahkan Australia. Ini bukan ngopi biasa. Ngopi bermakna dalam pergaulan, menuntut ilmu kita harus lebih mendalam dan berwawasan luas. ”Mari berdakwah seperti Pak AR Fakhruddin yang bijak dan tegas. Mari kita mengingat pesan Ketua Umum Haedar Nashir untuk selalu merawat kata, konsisten antara ucapan dan perbuatan,” tegasnya.
Penulis Kamas Tontowi Editor Sugeng Purwanto