Mendag Zulhas: Muhammadiyah yang Melahirkan Republik Ini, kalau Bupati Tidak Bantu Kualat. Liputan Slamet Hariadi, Kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Menteri Perdagangan (Mendag) Republik Indonesia Dr (HC) H Zulkifli Hasan SE MM menyampaikan pada Musyawarah Daerah (Musyda) Ke-12 Aisyiyah Lamongan yang digelar di Aula Budi Utomo Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), Sabtu (6/5/2023).
Zulhas—sapaan akrabnya—menceritakan, kemarin waktu dia di Metro Lampung, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) bekerja sama dengan kampus untuk membuka warung.
“Warung itu dimodali tidak banyak, cuma 40 juta. Tapi itu kalau berkembang bisa jadi mini mart, nilainya bisa sampai 200 juta. Dan kalau berkembang lagi supermarket, nilainya bisa sampai 500 juta,” katanya.
Oleh sebab itu, Zulhas menawarkan kepada Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Lamongan untuk memulai. Dia juga menawarkan kepada Pemuda Muhammadiyah Lamongan, “Karena mengajari masyarakat, keluarga, anak-anak kita berwirausaha itu penting,” ucapnya.
Ketua MPR RI Tahun 2014-2019 ini mengaku punya pengalaman, waktu kecil bisa sekolah, bisa seperti ini, karena dulu emak di kampung punya warung.
“Saya jaga warung, saya jualan es mambo, juga jualan jagung rebus. Karena di kampung uang kurang, maka tukar kopi, tukar cengkeh, akhirnya saya terlatih dan itulah yang menjadi bekal saya,” ucapnya.
Menurutnya, bekal itu bukan diperoleh ketika kuliah S2nya, bukan karena sekolah yang tinggi, tapi pelajaran untuk berwirausaha itu yang berguna dan bermanfaat terus sampai hari ini.
“Oleh karena itu saya mengajak PDM, PDA dan Pemuda Muhammadiyah Lamongan, karena kita punya program untuk Aisyiyah dan Muhammadiyah Daerah membangun 1000 warung. Kalau bisa, tahap pertama sebelum akhir tahun ini bisa selesai, sehingga tahun depan bisa kita tambah 1000 atau 2000 lagi,” terangnya.
Indonesia Ingin Maju Tirulah Muhammadiyah
Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, kalau Indonesia ingin maju, maka tirulah Muhammadiyah.
“Cuma itu kuncinya. Tidak usah studi banding kemana-mana, mikir macem-macem, mundur-maju. Tiru aja Muhammadiyah plek, sudah maju Insya Allah,” tandasnya yang langsung disambut tepuk tangan meriah peserta Musyda.
“Pak Bupati Yuhronur Efendi tidak usah studi banding ke mana-mana atau ceramah tentang kepanjangan Pancasila, tiru aja Muhammadiyah. Pasti maju,” imbuhnya, yang lagi-lagi disambut tepuk tangan membahana dari hadirin.
Ia menjelaskan, kalau ada orang sakit masuk di Rumah Sakit Muhammadiyah, pasti tidak ditanya dari NU, Muhammadiyah, atau Kristen.
“Sakit ya diobati. Itu Muhammadiyah. Betul apa ndak Bu?” tanya Zulhas pada ibu-ibu, lalu mereka serempak menjawab “Betul,”.
Zulhas menambahkan, waktu dia dari Sorong dan mampir di sekolah serta Perguruan Tinggi Muhammadiyah, 80 persen mahasiswa dan siswanya itu adalah Kristen. “Loh kurang pancasilais apa lagi? Jadi tiru aja Muhammadiyah,” ujarnya.
Muhammadiyah Ayah Kandung Republik Ini
Dia juga berpesan, dalam memilih pemimpin jangan sampai seperti partai politik, yang kursi-kursi sampai bertebaran.
“Kalau niru Muhammadiyah itu, kemarin Muktamar di Solo aman. Jangankan kursi melayang, sampah satu aja ndak ada. Bersih. Begitu ramainya orang, tapi tertib, rapi, ndak ada kelahi, tidak ada money politik, sehingga terpilih pemimpin yang ulil albab, yang menginspirasi kita. Keren kan? Jadi kalau mau tertib, tiru aja Muhammadiyah,” ucapnya lagi.
Hal itu, menurut Zulhas, karena Muhammadiyah yang melahirkan Republik ini. Maka dia menegaskan kepada Bupati Lamongan, kalau tidak membantu Muhammadiyah itu kualat.
“Kepada bapak Bupati Yuhronur Efendi, kalau tidak membantu Muhammadiyah, dan ibu-ibu Aisyiyah nanti kualat,” katanya yang sontak disambut teriakan hadirin.
“Loh bener ini, bener saya, ndak ngarang, Indonesia ini sadar, berbangsa awal abad 19. Yang lahir pertama namanya itu ormas Islam Jamiatul Khoir, lahir lagi Serikat Dagang Islam (SDI),” ucapnya.
Partai-partai, sambungnya, saat itu belum ada. Lalu lahir Serikat Islam (SI). Senior-senior ini punya tokoh-tokoh muda yang mempunyai tanggung jawab lebih besar pada negerinya.
“Lalu pada Tahun 1912 lahirlah Muhammadiyah. Jadi ayah kandungnya Republik Indonesia ini ya Muhammadiyah,” jelasnya.
Baru setelah itu berkembang dan lahir yang lain. Ada Persis, Al-Irsyad, dan tahun 1926 ada Nahdlatul ulama (NU). Setelah itu baru ada kongres pemuda tahun 1928. Lalu pada Tahun 1930an lahir gerakan-gerakan nasional.
“Maka waktu Indonesia merdeka dirumuskanlah UUD 45. Sapa yang merumuskan? ya tiga orang Muhammadiyah, yakni Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo dan Kahar Muzakar, selain tujuh tokoh Islam lain,” ungkapnya.
Bahkan menurutnya, sila keempat dari Pancasila yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakilan itu dirumuskan tokoh Muhammadiyah.
“Ini kalau ndak tokoh Muhammadiyah yang merumuskan ndak mungkin muncul kalimat itu, mustahil. Nasionalis tentu ndak bisa. Kenapa? Karena hikmah itu perpaduan antara buah pikiran dan ilmu, dzikir, dan iman yang kokoh serta pengetahuan yang hebat, itu jadilah hikmah,” jelasnya.
Ingatkan Bupati untuk Bantu Muhammadiyah
Maka dari itu, Zulhas mengingatkan kepada Bupati Lamongan Yuhronur Efendi untuk membantu Muhammadiyah.
“Ini tugasnya Bupati, Undang-undang Dasar (UUD) menjamin mensejahterakan rakyat Indonesia. Jadi pendidikan itu tugas negara loh, tapi Muhammadiyah ini membantu tugas Bupati, tugas Gubernur, juga membantu tugasnya pemerintah, keren kan?” pujinya.
Menurutnya, kewajiban negara adalah mencerdaskan rakyat. Tapi kalau ibu-ibu Aisyiyah dan bapak-bapak Muhammadiyah mendirikan sekolah, rumah sakit, lalu tidak dibantu Bupati, ya kualat.
“Tenang, saya tidak mlonco Bapak Bupati, karena Pak Bupati ini baik. Saya doakan Insya
Allah nanti Pak Yuhronur Efendi jadi Bupati lagi. Tergantung track recordnya pada ibu-ibu Aisyiyah dan bapak-bapak Muhammadiyah. Karena Muhammadiyah punya strong rekomendasi,” tutupnya. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni