PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim mengungkapkan keinginannya untuk bisa mendirikan Muhammadiyah di Republik Rakyat China (RRC). Karena menurutnya, China yang berpenduduk 1,4 miliar orang dengan 25 juta muslim, perlu gerakan tajdid (pembaharuan).
“Setelah saya pikir, muslim China perlu dikontekstualisasikan. Cara tersebut perlu dilakukan karena mereka tidak punya ruang di luar masjid untuk berbicara soal agama, karena hal itu dilarang,” kata Saad dalam Latihan Instruktur Baitul Arqam Tingkat Wilayah Zona 2 yang diadakan Majelis Pendidikan kader (MPK) PWM Jatim, di Rusunawa P2KK, UMM, Malang, Jumat (28/4).
(Berita terkait: Ini yang Harus Dilakukan Kader Muhammadiyah untuk Kembalikan Kejayaan Islam seperti Periode Awal)
“Karena itulah kami punya keinginan untuk mendirikan Muhammadiyah di sana. Saya berharap peserta pelatihan ini ada yang mau dikirim ke sana sekaligus perbaikan keturunan,” kata Saad diisambut gerrr hadirin.
Meski hal itu dilontarkan sebagai candaan, tetapi Saad secara serius menegaskan bahwa kader Muhammadiyah harus punya proyeksi ke kancah global. “Bukan hanya jadi kader lokal. Dan harus punya iradah yang tinggi,” pesannya.
(Baca juga: Semangat Ketua PW Muhammadiyah Jatim Menaklukkan Great Wall di Tiongkok dan Pengalaman Terkecoh Mengikuti Jumatan Unik di Masjid Niu Jie Beijing Tiongkok)
Dan China itu, ujarnya, adalah masa depan. China punya peradaban tinggi terutama dalam konteks ekonomi. “Beda dengan kita yang minus kader terkait marketing.”
Pada tanggal 6-15 April 2017 M Saad Ibrahim bersama 5 koleganya dari Muhammadiyah, MUI dan PWNU Jatim serta Yayasan Masjid Cheng Hoo Surabaya berkesempatan mengikuti lawatan ke RRC untuk mengunjungi komunitas Muslim di berbagai kota, seperti di Linxia, Xian, dan Xiamen. Saad dan rombongan juga bertemu dengan pengurus China Islamic Association, atau semacam MUI-nya Indonesia. (Uzlifah)
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim mengungkapkan keinginannya untuk bisa mendirikan Muhammadiyah di Republik Rakyat China (RRC). Karena menurutnya, China yang berpenduduk 1,4 miliar orang dengan 25 juta muslim, perlu gerakan tajdid (pembaharuan).
“Setelah saya pikir, muslim China perlu dikontekstualisasikan. Cara tersebut perlu dilakukan karena mereka tidak punya ruang di luar masjid untuk berbicara soal agama, karena hal itu dilarang,” kata Saad dalam Latihan Instruktur Baitul Arqam Tingkat Wilayah Zona 2 yang diadakan Majelis Pendidikan kader (MPK) PWM Jatim, di Rusunawa P2KK, UMM, Malang, Jumat (28/4).
(Berita terkait: Ini yang Harus Dilakukan Kader Muhammadiyah untuk Kembalikan Kejayaan Islam seperti Periode Awal)
“Karena itulah kami punya keinginan untuk mendirikan Muhammadiyah di sana. Saya berharap peserta pelatihan ini ada yang mau dikirim ke sana sekaligus perbaikan keturunan,” kata Saad diisambut gerrr hadirin.
Meski hal itu dilontarkan sebagai candaan, tetapi Saad secara serius menegaskan bahwa kader Muhammadiyah harus punya proyeksi ke kancah global. “Bukan hanya jadi kader lokal. Dan harus punya iradah yang tinggi,” pesannya.
(Baca juga: Semangat Ketua PW Muhammadiyah Jatim Menaklukkan Great Wall di Tiongkok dan Pengalaman Terkecoh Mengikuti Jumatan Unik di Masjid Niu Jie Beijing Tiongkok)
Dan China itu, ujarnya, adalah masa depan. China punya peradaban tinggi terutama dalam konteks ekonomi. “Beda dengan kita yang minus kader terkait marketing.”
Pada tanggal 6-15 April 2017 M Saad Ibrahim bersama 5 koleganya dari Muhammadiyah, MUI dan PWNU Jatim serta Yayasan Masjid Cheng Hoo Surabaya berkesempatan mengikuti lawatan ke RRC untuk mengunjungi komunitas Muslim di berbagai kota, seperti di Linxia, Xian, dan Xiamen. Saad dan rombongan juga bertemu dengan pengurus China Islamic Association, atau semacam MUI-nya Indonesia. (Uzlifah)