Di Muhammadiyah Tak Ada Cerita Tiba-Tiba Jadi Ketua Panitia 1 Abad; Liputan M Yazit Nurkhafidhi
PWMU.CO – Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Prof Dr Biyanto MAg hadir dalam Pengajian Pramusycab XI Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Manyar yang digelar di Masjid At Taqwa Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar Gresik, Ahad (14/5/2023).
Mengawali ceramahnya, Prof Biyanto mengucapkan selamat dan sukses semoga Musycab XI bisa melahirkan kepemimpinan Muhammadiyah yang berkemajuan.
Berkaitan dengan Musycab dia mengatakan, Muhammadiyah dikenal masyarakat sebagai organisasi yang sangat tertib dan sangat teratur. “Tidak ada cerita di Muhammadiyah itu tiba-tiba ada seseorang jadi pimpinan atau tiba-tiba dikasih kartu anggota. Semua berproses. Ada tahapannya dan dimulai dari bawah,” ujarnya.
Menurutnya, tidak ada cerita di Muhammadiyah tiba-tiba ada orang jadi ketua satu abad Muhammadiyah atau tidak ada yang tiba-tiba direkrut misalnya jadi ketua harian Muhammadiyah. Jadi yang ada semua berproses.
“Memang harus diakui muktamar, musywil, musyda, musycab, dan musyran itu ada dinamikanya dan luar biasa,” ucapnya. Dia berharap, di Musycab Muhammadiyah dan Aisyiyah Manyar tidak ada timses-timsesan.Semua mengalir saja. Sebab, seperti apa yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir menjadi ketua atau anggota pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah itu seperti seinci ditinggikan dan sejengkal dimajukan.
“Jadi menjadi ketua atau anggota pimpinan Muhammadiyah itu amanah warga Persyarikatan, dan yang jauh lebih penting menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah itu adalah memiliki karakter kolektif kolegial yang memiliki makna bahwa masing-masing orang mempunyai latar belakang yang berbeda, begitu dipilih dan dipercaya maka dapat memberikan kontribusi positif pada Muhammadiyah,” ungkapnya.
Teladan Demokrasi
Selanjutnya dia mengatakan, musyawarah-musyawarah Muhammadiyah dan Aisyiyah hendaknya dilaksanakan dengan cara-cara yang terhormat dan dengan cara-cara yang bermartabat. Seperti pascamuktamar Muhammadiyah di Solo banyak media seperti Jawa Pos, Kompas, dan media lainnya yang memberi apresiasi luar biasa kepada Muhammadiyah.
“Misalnya Kompas menyatakan kalau ingin belajar tentang kesantunan dalam berdemokrasi belajarlah ke Muhammadiyah. Kemudian Jawa Pos menulis kalau ingin belajar demokrasi yang santun dan beradab belajarlah di Muhammadiyah,” ungkapnya.
“Apakah bapak dan ibu pernah mendengar dan melihat musyawarah-musyawarah di Muhammadiyah itu ada yang gontok-gontokan, jotos-jotosan, atau lempar-lempar kursi. Dan musyawarah di Muhammadiyah tidak ada money politik,” katanya.
“Oleh karena itu keunggulan-keunggulan tersebut mari kita lestarikan. Di Muhammadiyah tidak ada tradisi yang minta-minta jabatan tetapi kalau diberi amanah maka pantangan bagi kita untuk menolaknya,” sambungnya. Di bagian lain Biyanto juga menyampaikan cara menghadapi perbedaan dan sikap Muhammadiyah di tahúr politik 2024. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni