Pemimpin Tidak Boleh Mengatakan Diam Itu Emas; Liputan M Yazit Nurkhafidhi
PWMU.CO – Menurut Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Prof Dr Biyanto MAg mengatakan, syarat jadi pimpinan itu ada tiga.
Hal itu dia sampaikan dalam Pengajian Pramusycab XI Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Manyar yang digelar di Masjid At Taqwa Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar Gresik, Ahad (14/5/2023).
Pertama pimpinan itu harus banyak ide atau banyak gagasan. Menjadi minoritas itu harus banyak ide dan gagasan. Minoritas yang kreatif, mentes, dan berkualitas.
Kedua pemimpin itu harus punya kemampuan untuk menerjemahkan ide dan gagasan tersebut, baik dalam bentuk tulisan maupun ucapan atau lisan.
“Ini penting oleh karena itu pemimpin itu tidak boleh diam. Pemimpin itu tidak boleh mengatakan diam itu emas,” jelasnya.
Ketiga pemimpin itu harus bisa mengeksekusi apa yang menjadi ide atau gagasan, baik tulisan maupun ucapan dalam bentuk program-program yang berkeunggulan dan berkemajuan, serta dalam bentuk kegiatan-kegiatan positif.
Menyikapi Perbedaan
Berkaitan dengan halalbihalal dia menyatakan pentingnya persaudaraan antara sesama, yang berhari raya tanggal 21 April dengan 22 April itu saudara. Perbedaan hari raya itu sudah berkali-kali. Mengapa baru tahun ini ada permasalahan dan sempat memanas.
Oleh sebab itu untuk menyikapi perbedaan harusnya biasa-biasa saja. Dia memberikan tips beragama yang baik yaitu luas dan luwes. Kalau seseorang pingin luwes dalam beragama maka dia harus luas pergaulannya dan luas ilmunya.
“Jadi semangatnya perbedaan-perbedaan itu sebuah keniscayaan dan ujian dari Allah oleh sebab itu kita harus menikmati perbedaan-perbedaan itu sambil mencari titik temunya, karena perbedaan-perbedaan merupakan sunatullah” ujarnya.
Berikutnya dia menyampaikan, “Kalau ada orang-orang yang bersalah pada kita itu resepnya ada tiga. Yang pertama kita diminta untuk menahan amarah. Yang kedua memaafkan pada orang yang telah berbuat salah kepada kita. Dan yang ketiga membalas keburukan-keburukan dengan kebaikan-kebaikan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni