Boedi Oetomo dan KH Ahmad Dahlan oleh Sugeng Purwanto.
PWMU.CO– Suatu hari Mas Joyosumarto mengunjungi saudaranya di kampung Kauman Yogyakarta. Dia ini orang dekat Ketua Boedi Oetomo dr Wahidin Sudiro Husodo yang membantu praktik dokter.
Dia diberitahu familinya bahwa KH Ahmad Dahlan ingin sekali bertemu dengannya. Joyosumarto terkejut ada apa KH Ahmad Dahlan mengharapkan ingin bertemu dengannya.
Pada hari Ahad Joyosumarto bertamu ke rumah Kiai Dahlan. ”Mari tuan, silakan duduk,” sambut Kiai Dahlan. ”Tuan dari mana?”
“Saya Joyosumarto dari Dagen Yogyakarta.”
”Wah, sudah lama kami harapkan bertemu dengan panjenengan. Alhamdulillah, dengan gembira dan suka hati, panjenengan kersa rawuh di rumah kami.”
”Inggih, Kiai, memang kami perlukan untuk memenuhi harapan Kiai. Ada kepentingan apa ingin bertemu saya?”
”Saudara Mas Joyo, saya mendengar berita yang didengar oleh orang banyak, katanya di Yogyakarta ini sekarang ada perkumpulan yang berdiri, namanya Boedi Oetomo yang dibangun oleh dr Sudiro Husodo, sedang Mas Joyo orang paling dekat dengan beliau, kami ingin dapat penerangan, tetapi karena saya belum mengenal anggota pengurus HB (Hoofdbestuur) Boedi Oetomo yang dari orang terpelajar, apakah mungkin saya dapat berkenalan dengan mereka?”
Mas Joyosumarto dengan hati-hati menjawab pertanyaan Kiai Dahlan yang agak panjang itu.
”Kiai, perkumpulan Boedi Oetomo itu perkumpulannya bangsa kita, didirikan dan dibangunkan oleh kita untuk memajukan bangsa kita. Jadi Kiai tak usah kecil hati, khawatir tidak diterima untuk mengenal, apa pula sebagai kiai tentu akan diterima dengan gembira dan besar hati oleh mereka,” ujar Joyosumarto. ”Pendek kata, nanti kami haturkan lebih dahulu hendaknya saling mengerti.”
”Baik,” kata Kiai Dahlan.
Kemudian jam sudah menunjukkan pukul 12.15, Mas Joyo minta diri. Kiai pun mengucapkan terima kasih. Di situlah kelihatan sifat kaum santri yang merasa rendah diri terhadap golongan terpelajar yang lain.
Demikian diceritakan secara detail keinginan Kiai Dahlan mengenal Boedi Oetomo. Penulis cerita itu adalah Kiai Syoedja’ murid KH Ahmad Dahlan dalam bukunya Cerita tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad Syoedja’.
Berkenalan dengan Priyayi
Kiai Dahlan pertama kali mendengar nama Budi Utomo dari muridnya di Kweekschool. Muridnya itu menyarankan sekolah yang didirikan di rumahnya supaya dikelola secara organisasi seperti Boedi Oetomo. Apabila pendirinya wafat masih ada yang meneruskan yaitu organisasi itu.
Pada tahun 1907, di kota Yogyakarta berdiri organisasi bernama Boedi Oetomo. Organisasi ini dibangun dan dipimpin oleh dr Wahidin Sudiro Husodo, orang Yogya lulusan School tot Opleiding voor Indische Artsen (STOVIA) Jakarta.
Anggotanya para sarjana golongan terpelajar. Para guru sekolah menengah Gouverment Belanda, misalnya Kweekschool, Normaal School, Opleiding school OSVIA dan H.K. School.
Di antaranya R. Budiharjo, R. Dwijosewoyo, R. Ngabei Sosrosugondo, Pangeran Notodirejo Pakualaman, RM Gondoatmojo. Semua itu duduk sebagai Hoofd Bestuur Boedi Oetomo.
Sejak kenal nama Boedi Oetomo, Kiai Dahlan penasaran ingin mengenal organisasi itu dan orang-orangnya. Maka dia dikenalkan dengan Mas Joyosumarto itu.
Kemudian dikisahkan, pengurus Boedi Oetomo senang hati menerima perkenalan kiai terkemuka dari kampung Kauman. Kiai Dahlan diundang hadir hari Sabtu malam dalam rapat pengurus. Pertemuan bertempat di rumah ketua dr Sudiro Husodo di Ketandan Yogyakarta.
Setelah dua tiga kali Kiai Dahlan menghadiri rapat pengurus Boedi Oetomo, makin jelas dan makin terang tujuan Boedi Oetomo dan tertarik masuk menjadi anggota.
Kiai Dahlan ingin belajar berorganisasi. Apalagi di Boedi Oetomo bisa memberikan penerangan Islam secara akliyah, ilmiah, dan naqliyah. Di akhir rapat Boedi Oetomo Kiai Dahlan selalu diminta ceramah agama Islam.
Setelah berjalan beberapa kali ceramah Islam yang disampaikan dalam bahasa Jawa itu, Kiai Dahlan bertanya, apakah pelajaran agama seperti itu bisa disampaikan di Kweekschool di Jetis Yogyakarta. Raden Budiharja, Kepala Guru Kweekschool, memberikan jalan.
Itulah jalan cerita KH Ahmad Dahlan bisa mengajar agama di sekolah pemerintah.
Cara Mendirikan Muhammadiyah
Setelah bergaul dengan pengurus Boedi Oetomo, Kiai Dahlan ingin mendirikan organisasi untuk madrasahnya. Lalu dia sampaikan kepada murid-muridnya yang tak paham organisasi. ”Kamu sanggup ikut duduk dalam pengurus perkumpulan itu?”
Mereka sama menjawab,”Insyaallah.”
Kemudian Kiai Dahlan meminta tolong Mas Budiharjo dan Raden Dwijosewoyo untuk membantu mendirikan organisasi. Dua orang itu memberi informasi syarat mendirikan organisasi yang diinginkan Kiai Dahlan.
1. Murid Kweekschool tidak dapat ikut duduk dalam perkumpulan karena dilarang oleh
Hoofd Inspectuur.
2. Calon pengurus supaya diambil dari orang-orang dewasa jangan terlalu muda.
3. Nama perkumpulan apa.
4. Maksud dan tujuan apa.
5. Tempatnya di Yogyakarta
6. Untuk melaksanakan hal ini sampai beres, Boedi Oetomo sanggup membantu, tetapi syarat-syaratnya harus diminta oleh sedikitnya tujuh anggota biasa Boedi Oetomo kepada HB Boedi Oetomo. Karena itu disarankan tujuh anggota dari Kauman masuk menjadi anggota biasa Boedi Oetomo.
Kiai Dahlan segera mengumpulkan murid-muridnya. Dijelaskan syarat nomor 2 yaitu siapa saja calon pengurusnya.
Soal nama organisasi, Kiai Dahlan sudah punya yaitu Muhammadiyah. Nama itu diambil dari nama Nabi Muhammad saw.
Ditambah dengan kata ’iyah’di belakang sebagai nisbah, hendaknya barang siapa yang menjadi anggota Muhammadiyah dapat menyesuaikan diri dengan pribadi Nabi Muhammad saw.
Maka dipilihlah tujuh orang menjadi anggota Boedi Oetomo cabang Kauman. Tujuh orang itu R. Syarkawi, Abdulgani, M. Syoedja’, M. Hisyam, M. Fakhrudin, M. Tamim, dan KH Ahmad Dahlan.
Tujuh orang itu mengajukan surat permintaan kepada HB Boedi Oetomo untuk menjadi anggota biasa dengan membayar iuran tiap bulan 0,25 gulden seorang.
Setelah permintaan diterima dan diberi tanda anggota, lalu tujuh anggota itu memajukan permohonan kepada HB Boedi Oetomo untuk mengusahakan permohonan izin (recht persoon) kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah. (*)