PWMU.CO – “Politik kiye…Dal!, ngadali dikadali, ngadali dikadali, dikadali dalang!”. Dengan teriakan dan diiringi gemerincing bunyi kaleng beradu, Bagus Sibrong membuat pertunjukan dalam rangka tasyakuran Milad 85 tahun Pemuda Muhammadiyah di Kantor PP Muhammadiyah Menteng, Jakarta (2/5) semakin hidup.
Pria bernama asli Bagus Murdianto ini membawakan monolog berjudul ‘Gajogan’, yang dalam bahasa Indonesia berarti ‘menyesal’. Monolog ini bercerita tentang seorang petani bernama Wasmad yang jengah dengan realitas perpolitikan di Tanah Air.
(Berita terkait: Ketika PKL Satu Ruang dengan Pejabat Tinggi Negara pada Tasyakuran Milad ke-85 Pemuda Muhammadiyah)
Wasmad beranggapan bahwa politikus-politikus di Indonesia banyak yang seperti hama bagi tanaman petani. Hama ini kejam mencuri padi petani dengan berkelompok, diusir, dan selalu datang lagi. Wasmad selalu berusaha mengusir hama ini dengan membunyikan kaleng-kaleng berwarna-warni.
“Kaleng warna-warni ini adalah simbol keberagaman kita, rakyat Indonesia. Kita terdiri dari beragam kelompok, partai, bahkan agama. Keberagaman ini sebenarnya adalah potensi kekuatan rakyat. Jika bersatu akan mampu mengusir ‘hama-hama’ di negara kita,” terang Bagus Sibrong seusai pementasannya.
(Baca juga: Luncurkan Situs Jual-Beli MallMu.com, Pemuda Muhammadiyah Integrasikan Potensi Ekonomi Pesyarikatan)
Sibrong membawakan monolognya dengan sangat atraktif. Kritik yang disampaikannya cukup tajam namun dibingkai dalam kalimat atau gestur yang lucu. Sehingga para penonton seringkali meringis melihat kelakuan petani Wasmad, namun di sisi lain juga merasa miris merenungkan realitas politik yang dikritik dalam monolog ini.
Tidak lupa, seniman monolog asal Tegal ini menyisipkan pesan kepada aktivis Muhammadiyah yang menonton pertunjukannya. “Yeeeb…Toyeeb, Muhammadiyah itu miskin, organisasi kere. Tapi meski miskin dan kere, Muhammadiyah tidak bisa dibeli untuk tidak membela yang lemah,” ujarnya dalam monolog yang disambut tepuk tangan para penonton. (Faizin)