Direktur Bank Sampah Ajak Siswa SD Mugeb Bikin Eko-enzim, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Kaiisnawati
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik Jawa Timur melaksanakan kegiatan Guest Teacher dengan tema Hidup Sehat di Bumi yang Sehat, Kamis (11/5/2023).
Acara diikuti siswa kelas V SD Mugeb berjumlah 164 siswa di lapangan futsal bersama Ketua Bidang Pendidikan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik sekaligus Direktur Bank Sampah Jaya Makmur Tatik Erawati.
Kepala SD Mugeb M Nor Qomari SSi menyampaikan di depan siswa kelas V bahwa hidup sehat itu dimulai dari hati yang sehat. “Kalian akan mendapat banyak ilmu hari ini. Siapa yang ingin sehat angkat tangan?” tanyanya ke siswa.
Dia memaparkan belajar sehat itu tidak dari makanan saja tapi dimulai dari sendiri dan kita harus memanfaatkan kesempatan dari teladan seorang narasumber untuk belajar sehat.
“Kalian akan dewasa sedangkan ustad-ustadzah semakin tua, maka kalian harus menjadi pemimpin yang peduli lingkungan,” ungkapanya.
Oleh karena itu, sambungnya, biasakan sejak dini. Harus dimulai dari diri sendiri, fokus, boleh dikepoin boleh bertanya syaratnya harus yang santun.
Pembuatan Eko-enzim
Dalam materi pembuatan eko-enzim, Tatik Erawati bertanya kepada siswa. “Siapa yang suka makan sayur dan buah? Nah, ketika kita makan sayur dan buah, sisa-sisa sayur ataupun kulit buah jangan dibuang di tong sampah ya? Ini ada cairan eko-enzim. Kalau ada barang yang karaten bisa ditetesi dengan cairan ini.
“Cairan eko-enzim adalah cairan serba guna hasil fermentasi selama minimal 90 hari yang terdiri dari sisa buah dan sayuran sebanyak 3 kg, gula merah 1 kg, dan air 10 liter,” jelasnya.
Eko-enzim, lanjutnya, merupakan larutan zat organik kompleks yang diproduksi dari proses fermentasi sisa organik gula dan air. Cairan eko-enzim ini berwarna cokelat gelap dan memiliki aroma yang asam atau segar yang kuat.
“Larutan eko-enzim mengandung banyak jenis enzim alami yang berasal dari buah dan sayuran, serta yang dihasilkan oleh mikroba,” ungkapnya.
Ibu yang kerap dipanggil Tatik itu mengungkapkan pada setiap jenis enzim memiliki fungsi penting dalam suatu proses biokimia. “Eko-enzim memiliki banyak sekali manfaat di bidang kesehatan, pertanian, peternakan dan perbaikan kualitas lingkungan,” tegasnya.
Perbandingan membuat eko-enzim adalah 1:3:10. Yaitu 1 kg gula merah atau 1 kg tetes tebu, 3 kg sampah, dan 10 liter air,” tambahnya.
Mendaur Ulang
Tatik menjelaskan, syarat sampah yang tidak bau, tidak kering, tetapi sampah yang masih segar. Tidak ada yang busuk. Kalau busuk nanti masuk kompos.
“Contoh buah durian kan kulitnya keras, terus bergetah, itu jangan dipakai. Gak boleh kulitnya durian, salak, karena menjadi kompos. Kalau jeruk dan pisang boleh,” terang Ketua Relawan Eko-enzime Indonesia (REEI) sejak 2021 hingga sekarang ini.
Di sela memberikan materi tak lupa mengajak anak-anak untuk tepuk 3M yang artinya mengurangi, mengguna ulang, mendaur ulang.
Ibu yang menjadi anggota Majelis Lingkungan Hidup Bidang Inovasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik ini menjelaskan guna ulang. Biasanya setelah menggunakan kita buang. Ini tidak dibuang tapi dimanfaatkan lagi.
“Bersama sama membuat eko-enzim untuk menghasilkan cairan multiguna. Bila ada botol-botol di rumah bisa dimanfaatkan lagi,” paparnya.
Buah kelengkeng, sambungnya, termasuk kulit buah yang keras tidak ada enzim di sana. Jadi enzim terletak di antara kulit dan buah. “Kalau punya sayuran boleh tapi jangan dominan kira kira 10%- 20% buat tambahan kayak sisa sisa bayam, kangkung gak papa dimasukkan sekalian buat tambahan,” katanya.
Tatik juga menjelaskan eko-enzim ini tidak ada expired-nya. “Setelah 90 hari apa ada expired-nya? Di sini itu tidak expired. Kan ada fermentasi 6 bulan, 8 bulan. Fermentasi 3 bulan tapi mulai dari awal sampai waktu panen 1 tahun 2 tahun berarti konsepnya fernentasi 2 tahun.”
Dia menambahkan selagi tidak kena sinar matahari dan bentuknya rapat aman gak ada expired-nya. Makin lama fermentasinya makin bagus tetap tidak boleh buka tutup buka tutup.
“Nanti bakteri menjadi jelek. Jadi waktu panen siapkan botol-botol yang kecil begini. Taruh di botol yang kecil-kecil ini saja. Kalau di jeriken besar, tuang lagi tuang lagi dan tidak maksimal. Kalau yang kecil-kecil gini enak tuang habis. Jadi kalau ngepel tuang habis,” tuturnya.
Dia menerangkan cara penyimpanan tidak boleh di bawah sinar matahari dan di bawah aliran listrik. “Ada mahasiswa yang kepo, ini kandungannya apa? Dikepoin kulit pepaya kandunganya apa, kulit nanas kandungannya apa, dijadikan satu itu manfaatnya luar biasa. dicampur antara beberapa kulit ini enzim,” terangnya.
Kegiatan ditutup dengan praktik membuat eko-enzim. Setelah menyimak demo pembuatannya, siswa langsung praktik secara berkelompok. Praktik ini dilaksanakan pada pekan berikutnya, Jumat (19/5/23). Guru pengajar mata pelajaran Proyek kelas V pun mendampingi dan mengarahkan para siswa. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.