PWMU.CO– Deteksi dini kanker serviks menjadi kegiatan Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) RisetMu Batch VI Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya).
Pengabdian dilaksanakan di Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Socah Bangkalan Madura, Ahad (14/5/2023).
Edukasi deteksi dini kanker serviks diikuti oleh 55 kader Aisyiyah Cabang Socah Bangkalan. Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan dari PDA Bangkalan.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Risetmu Batch VI UMSurabaya Dr A’im Matun Nadhiroh SSiT MPH menjelaskan, acara ini edukasi tentang Upaya Peningkatan Cakupan Deteksi Dini Kanker Serviks dengan KarS-A (Kartu Skor A’im) pada wanita usia subur (WUS).
A’im memaparkan, perempuan dapat menilai faktor risiko kanker serviks menggunakan kartu KarS-A. Dalam kartu ini terdapat beberapa faktor risiko kanker serviks, meliputi usia saat ini >35 tahun, pendapatan keluarga <UMK, pernah melahirkan >5 kali, tidak pernah pap smear, pasangan tidak sirkumsisi, merokok aktif, tidak menggunakan kontrasepsi IUD, menggunakan kontrasepsi pil, lama menggunakan kontrasepsi pil >5 tahun, aktivitas seksual dini <17 tahun) dan jumlah pasangan seksual >1.
”Sedini mungkin kanker serviks ini dideteksi, angka kesembuhan penyakit ini juga semakin tinggi,” ujar A’im yang dosen S1 Kebidanan UMSurabaya.
Karena itu, menurut dia, penting sekali kita harus menentukan sikap untuk pemeriksaan IVA (Inspeculo Visual Asam Asetat) atau pap smear sebagai upaya deteksi dini kanker serviks.
KarS-A, kata dia, merupakan alat untuk menilai risiko pada seorang perempuan. Dengan harapan setelah penilaian diri sendiri (self-assessment) faktor risiko kanker serviks mendorong periksa di pelayanan kesehatan pap smear.
Ketua PCA Socah Masmuk memuji kegiatan ini karena belum pernah diadakan tentang deteksi dini kanker serviks menggunakan Kartu Skor A’im (KarS-A).
”Kegiatan seperti ini semoga dapat dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga edukasi kesehatan perempuan meningkatkan kesehatan ibu dan keluarga,” ujar Masmuk.
Setelah diajarkan cara menghitung faktor risiko kanker serviks, para peserta melakukan skrining IVA.
Tapi tidak semua peserta dapat melakukan pemeriksaan IVA pada hari itu karena tidak memenuhi syarat pemeriksaan. Direncanakan pemeriksaan sendiri setelah syarat terpenuh.
Syarifah Baroroh SThI, Wakil PCA Socah Bangkalan, menambahkan, syarat dilakukan pemeriksaan IVA yaitu tidak sedang haid dan tidak berhubungan intim 24 jam sebelumnya.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengoleskan asam asetat pada porsio dan hasil akan tampak satu menit, dengan mengamati perubahan warna portio. Pada saat pemeriksaan, kegiatan ini juga dibantu oleh Bidan Koordinator Puskemas Socah, Nur Hikmawati SST.
Herpes
Dr A’im Matun Nadhiroh memaparkan, kanker serviks adalah kanker keempat yang paling umum pada wanita dan merupakan keganasan nomor satu yang terjadi pada organ genital wanita.
Diterangkan, kanker serviks sering terjadi pada usia reproduksi (15-44 tahun). Pada tahun 2018, diperkirakan 570.000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks di seluruh dunia. Sekitar 311.000 wanita meninggal akibat penyakit tersebut.
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) Onkogenik ditemukan sebanyak 95% pada kasus kanker serviks (PMK, 2015). Menurut Cervical Cancer Guide (2019), wanita yang menderita herpes memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker serviks.
”Apabila seorang wanita telah terinfeksi HPV (Human Papilloma Virus) dan tidak mendapat penanganan segera, maka akan menimbulkan dampak yang cukup serius, salah satunya dapat menyebabkan pendarahan pervaginam dan komplikasi,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia, sambungnya, telah mengupayakan pencegahan dan pengendalian kanker yaitu dengan melakukan deteksi dini kanker leher rahim pada wanita usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).
”Deteksi dini kanker serviks bertujuan untuk mengetahui adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal pada leher rahim/serviks,” ujarnya.
Penulis Fulatul Anifah Editor Sugeng Purwanto