Siswa SD Mugeb Gresik Mengikuti Cambridge Assessment, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Novita Zahiroh
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik Jawa Timur menyelenggarakan Cambridge Assessment secara mandiri di Kabupaten Gresik, Sabtu (27/5/2023).
Hal ini diungkapkan Kepala Sekolah M Nor Qomari SSi dan dibenarkan Supervisor Cambridge Assessment dari Mentari Assessment, Cahya Humairoh Putri SSos.
Ada 56 siswa yang mengikuti ujian ini dari tiga jenjang. “Ada 20 siswa mengikuti jenjang Starter (kelas I-II), 21 siswa ikut jenjang Mover (kelas III-IV), dan 15 siswa mengikuti jenjang Flayer (V-VI),” paparnya
Mereka menjalani serangkaian asesmen di ruang kelas yang meliputi ujian reading (membaca), writing (menulis), listening (mendengar), dan speaking (berbicara). Asesmen berlangsung tertutup bersama para invigilator (penguji) dan usher (penanggung jawab). Para penguji sudah mendapatkan tersertifikasi dari Cambridge.
Ari mengungkap, pembelajaran di SD Mugeb selama ini memang mengikuti program Cambridge untuk mata pelajaran math (matematika), english (bahasa Inggris), dan science (sains).
“Siswa belajar menggunakan bahan ajar buku Supermind untuk Bahasa Inggris yang penuh gambar dan aktivitas menarik. Sedangkan untuk Mathematics dan Science menggunakan buku Marshall Cavendish Education,” terangnya.
Untuk semakin menyukseskan asesmen ini, SD Mugeb telah menyelenggarakan 10 pertemuan intensive course setiap Sabtu. Ari berharap, melalui asesmen ini para siswa semakin semangat dan percaya diri dalam belajar karena sudah menjalani asesmen bertaraf internasional. Di mana para guru juga semakin mudah dalam membantu meningkatkan keterampilan siswa.
Selain itu, dia berharap lulusan SD Mugeb punya bekal kecakapan berbahasa Inggris yang diakui secara internasional. “Ini sejalan dengan visinya, sekolah Islam bertaraf internasional yang unggul, berkarakter, dan bersinergi,” ujarnya.
Menurut Levina Calisti Andhika, siswa kelas II Edelweis, ujian ini tergolong mudah. “Seru sih, nggak susah, kayak main tebak-tebakan,” ungkapnya.
Cambridge Assessment
Cahya mengungkap, melalui asesmen ini guru di sekolah bisa memudahkan levelling kemampuan siswanya. “Sertifikatnya pun ada pembahasannya kurang apa siswa ini, kemampuannya lebih ke apa, nanti itu juga bisa dijadikan guru untuk meningkatkan kemampuan dari masing-masing individu,” terangnya.
“Ada penjelasannya, masukan peningkatannya seperti apa. Bagaimana sih meningkatkan siswa ini, apakah perlu untuk diperbanyak literasinya,” imbuhnya.
Agar siswa tetap termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya, lanjut Cahya, yang tertera di sertifikatnya tidak dalam bentuk skoring, tapi tampak dalam bentuk lambang shield. “Agar psikologi siswa tidak berpengaruh, jadi siswa itu tetap mau belajar terus. Jadi bukan mengukur lulus-tidak lulus tapi mana yang perlu ditingkatkan,” tuturnya.
Terkait bentuk tesnya, kata Cahya, memang disesuaikan sama levelnya sehingga asesmen berlangsung menyenangkan, bukan menakutkan. “Ada gambar berwarna untuk level bawah,” terangnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.