PWMU.CO – Mengusung calon presiden dari representasi umat Islam untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 adalah hal yang tidak mudah. Karena dalam Islam sendiri masih banyak kelompok-kelompok yang perlu untuk disolidkan.
Haedar menjelaskan, Islam di Indonesia memang kelompok mayoritas. Tapi belum bisa menjadi kekuatan politik. “Dalam politik, faktor kepentingan itu yang paling besar pengaruhnya. Kesamaan agama belum bisa jadi ukuran,” ujarnya ketika menjadi keynote speaker dalam Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) Muhammadiyah Jatim, Sabtu (6/5) di Aula Mas Mansur PWM Jatim.
(Baca: Ketika Pakde Karwo Didoakan Jadi Warga Muhammadiyah)
Haedar menambahkan, butuh proses politik yang sangat panjang untuk mengusung calon presiden dari representasi Islam. Karena dalam umat Islam sendiri ada banyak kelompok.
“Di ranah politik, ada sekitar 30 persen umat Islam berada di partai Islam. Seperti PKB, PPP dan lain sebagainya. Tapi itu juga tak solid. Sementara itu ada sekitar 65 persen di partai non Islam. Seperti Golkar, PKB dan lainnya,” tutur Haedar.
(Baca juga: Ternyata Ada Tambang Emas Melimpah di Jatim, Kata Pakde Karwo di Muspimwil Muhammadiyah)
Selain partai politik, ada juga banyak ormas Islam. Sedangkan ormas-ormas ini belum tentu dalam satu persepsi.
“Bahkan di Muhammadiyah sendiri pun berlapis-lapis. Misalnya ada yang mencalonkan Pak Nadjib (Wakil Ketua PWM Jatim) jadi presiden, belum tentu yang lain setuju. Itu masih di kubu Muhammadiyah sendiri. Belum nanti persetujuan di NU dan seterusnya. Jadi ini butuh proses politik yang panjang,” ujarnya. (ilmi)