PCIM Lahan Internasionalisasi Muhammadiyah; Liputan Mundzirin Mukhtar
PWMU.CO – Pengukuhan Pimpinan PCIM dan PCIA Malaysia periode 2023-2025 di Multipurpose Hall, Wadi Budi IIUM Gombak, Malaysia, Ahad (4/6/2023) berlangsung lancar.
Acara yang diikuti Tabligh Akbar ini dihadiri Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr H Agus Taufiqurrohman Sp Se MKes dan Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah Dr Siti Aisyah MAg.
Dalam kesempatan tersebut, Agus Taufiqurrohman menyampaikan beberapa pesan. Pertama, Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) adalah wahana silaturahmi, wadah bergaul bagi warga Muhammadiyah di manapun berada.
PCIM dan PCIA juga sebagai duta bangsa dan Persyarikatan. “Juga sebagai kaderasi di semua level. Yang tak kalah penting, menjadi lahan internasionalisasi ide dan gagasan Muhammadiyah,” katanya.
PCIM dan PCIA harus membawa spirit al-Maun seperti yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan. Agus bercerita, bagaimana Kiai Dahlan menerapkan spirit al-Maun saat harus membayar kekuarangan gaji guru.
Saat kekurangan uang 480 gulden. Kiai Dahlan lalu memukul kentongan, untuk mencari dana. Dia juga menjual barang-barangnya. Akhirnya terkumpul 2000 gulden. “Contoh lain: Kiai Sudjak yang mau mendirikan rumah sakit gratis tanpa uang ditangan,” katanya.
Jadi, pesan Agus, PCIM Malaysia jangan ragu untuk membuat rumah dakwah. “Nanti PP akan bantu. Kalau kurangnya Rp 100 juta kabari PP ya!” ujarnya.
Agus Taufiqurrohman mengatakan kabar Persyarikatan di luar negeri sangat menyenangkan pimpinan dan warga Muhammadiyah di dalam negeri karena bisa menjadi penyemangat.
Menurut dia, setiap PCIM memiliki keunggulan, sebagai center of excellent di luar negeri. Contoh: PCIM Jerman dengan pelatihan hukum. PCIM Australia dengan Muhammadiyah Australia College (MAC) yakni sekolah untuk mendidik karakter dan 76 persen siswanya bukan orang Indonesia. PCIM Arab Saudi mendidik kader ulama untuk dibawa pulang.
Pesan di Tahun Politik
Pesan kedua Agus Taufiqurrohman menyangkut tahun politik 2024. Menurutnya Muhammadiyah dan NU sepakat pemilu yang bermoral, baik, dan luhur.
Muhammadiyah, kata Agus, tidak ingin terjadi perpecahan dan segmentasi yang semakin dahsyat pada masyarakat. “Jangan sampai musuhan walaupun beda partai, beda pilihan. Agama punya panduan untuk memilih,” katanya.
Agus menegaskan Muhammadiyah bukan ormas politik, tetapi merasa bertanggung jawab seperti yang seharusnya, sebab Muhammadiyah ikut membangun bangsa ini. Maka tidak ada dukung-mendukung untuk kepentingan politik, tetapi warga Muhammadiyah boleh menggunakan hak politiknya.
“Agar tidak ada konflik kepentingan, maka saat nyaleg harus mundur. Nonaktif dari Muhammadiyah,” katanya.
Pesan ketiga, Agus Taufiqurrohman mengajak hadirin untuk menyiapkan kematian dengan husnul khatimah. Sebab tidak ada yang tahu sebab kematian, tempatnya di mana, dan waktunya kapan.
“Karena gak tahu, maka ya disiapkan,” tuturnya.
Ketua PCIM Malaysia Muhamamd Ali Imran bersyukur dan bangga PCIM Malaysia termasuk PCIM terbesar. “Muhammadiyah lahir di Yogja, berkembang di Padang, besar di Makassar, luhur di Jawa Timur, meriah di Jawa Tengah, dan menduniakan lewat PCIM-PCIA Malaysia,” katanya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni