Haji yang Paling Utama; Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits sebagai berikut:
عَنْ أبى بكر الصديق رضِيَ اللهُ عنه قَالَ أن رسولَ اللهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ سُئل : أيُّ الحجِّ أفضلُ ؟ قال : العجُّ والثجُّ. رواه الترميذي
Dari ash-Shiddiq Radliyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallahu alaihi wa Sallam ditanya: ‘Haji apa yang paling utama?’ Beliau menjawab: ‘Mengangkat suara saat talbiah dan menyembelih hewan kurban.’ (HR Tirmidzi)
Pahala Haji
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima. Sesuatu yang terakhir biasanya sebagai finishing-nya. Ibarat bangunan, maka haji merupakan finishing dari sebuah bangunan yang akan tampak semakin indah. Maka bersyukurlah bagi mereka yang telah dipanggil untuk menunaikan ibadah haji ini, karena tidak semua hamba yang dapat menunaikannya. Oleh karena itu teks dalam hadits itu man istatha’tum yaitu bagi kalian yang mampu baik secara finansial maupun kesehatan.
Pahala haji sangat besar yaitu dihapusnya semua kesalahan dan dosa, sehingga orang yang telah menunaikan haji diibaratkan seperti bayi yang baru terlahir dari ibunya, bersih dan suci dari dosa. Sungguh suatu anugerah yang besar bagi yang telah menunaikannya dengan baik dan benar, karena ada jaminan surga baginya.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ، قَالُوا: يَا نَبِيَّ اللهِ مَا بِرُّ الْحَجِّ الْمَبْرُورُ؟ قَالَ: إِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ. حديث حسن, رواه أحمد.
Dari Jabir radliyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Haji mabrur tiada balasannya kecuali surga, mereka bertanya: Wahai nabi Allah apa itu haji yang mabrur? Rasulullah bersabda: “Memberi makan dan menebarkan salam”
Pahala atau dampak positif dari haji mabrur adalah pertama dermawan atau dalam gambaran hadits di atas adalah suka memberi makan, dalam Bahasa Jawanya loman. Kedua selalu berpihak kepada kebenaran, yaitu selalu menebarkan kedamaian dan keselamatan bagi orang lain. Dalam Bahasa di negeri kita termasuk apa yang tercantum dalam Pancasila sila kelima yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Al ‘Ajju wa Ats–Tsajju
Dalam hadits disebutkan bahwa haji yang paling utama itu adalah al-ajju dan ats-Tsajju. Al–‘Ajju adalah mengeraskan suara dalam membaca talbiah, yakni hal ini sebagai jawaban seorang hamba akan panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya. Dan begitulah semestinya bagi seorang Mukmin, hendaknya senantiasa menjawab panggilan Allah dan untuk menaati-Nya. Panggilan Allah pasti berbeda dengan panggilan dari lainnya karena panggilan Allah dan juga melalui lisan Rasul-Nya adalah panggilan keselamatan baginya dari Azab-Nya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ. تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (ash-Shaf: 10-11)
Itulah panggilan Allah bagi setiap Mukmin, adanya jaminan keselamatan dari azab-Nya yang sangat menyakitkan. Dan bagi seorang Mukmin yang dilakukan adalah mendengar dan menaatinya.
إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ.
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (an-Nur: 51)
Jadi kalimat talbiyah merupakan kalimat penegasan dari ikrar seorang hamba akan kalimat tauhid laa ilaaha illallah muhammadurrasulullah. Dan begitulah semua muatan ibadah itu mengandung penguatan akan kalimat tauhid sebagaimana dalam rukun iman yang pertama, dan inti dari tauhid itu adalah ikhlas beribadah hanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ats-Tasjju adalah menyembelih binatang kurban. Dalam hal ini berarti memiliki kepekaan dan kepedulian sosial bagi sekitarnya. Seseorang yang telah memiliki kesempurnaan dalam nilai spiritualnya akan memiliki kepekaan sosial bagi sekitarnya dan itulah fungsi hamba sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini.
Dua hal fungsi manusia adalah sebagai hamba Allah dan khalifah Allah di muka bumi. Keduanya pastinya dapat berjalan seiring dan sejalan, karena potensi itu merupakan dua hal yang tidak terpisahkan dan tidak bisa dipisahkan. Fungsi sebagai hamba berarti taat dan istikamah dalam menjalankan perintah Allah dengan keikhlasan. Fungsi sebagai khalifah berarti mengoptimalkan potensi diri untuk kemudian dapat menebarkan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan agama dan umat ini, izzul ialam wal muslimin.
Sehingga dalam ibadah haji itu mulai awal hingga puncaknya adalah dzikir kepada Allah dan setelah itu penyembelihan binatang ternak. Demikianlah kehidupan seorang hamba senantiasa menjaga intensitas hablun minallah dan hablun minannas, hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia.
ضُرِبَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيۡنَ مَا ثُقِفُوٓاْ إِلَّا بِحَبۡلٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبۡلٖ مِّنَ ٱلنَّاسِ وَبَآءُو بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَضُرِبَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَسۡكَنَةُۚ…
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan (Ali Imran: 112). Wallahu a’lam. (*)
Haji yang Paling Utama adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 13 Tahun XXVII, 9 Juni 2023
Editor Mohammad Nurfatoni