PWMU.CO – Tahun politik jelang Pemilu 2024 juru dakwah hendaknya bersikap moderat untuk menghindari gesekan sosial.
Hal itu disampaikan Wakil Ketua PWM Jatim Dr M. Sholihin Fanani MPSDM dalam forum Penguatan Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama Angkatan I-II yang digelar Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur di Surabaya, Selasa-Kamis (6-8/6/2023).
Menurut Sholihin, memasuki tahun politik juru dakwah mempertimbangkan tentang cara berpikir harus luas, tidak melihat sesuatu hanya dari satu sisi tetapi berbagai sudut pandang.
”Jangan karena memilihi si A lalu menyudutkan si B, jadi melihat perbedaan tidak sempit tetapi menyeluruh atau kaffah, gitu ya,” katanya.
Sikap berikutnya adalah dewasa. ”Menyikapi perbedaan tidak terbawa perasaan alias baper dan kekanak-kanakan,” katanya.
”Berbeda itu kan sunnatullah, beda itu rahmat, jangan karena beda lalu dianggap musuh, sikap ini harus dibuang jauh-jauh,” ujarnya.
Dia mengajak untuk mengembangkan pikiran moderasi beragama yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh elemen masyarakat.
”Moderasi beragama menjadi gerakan kolektif yang tidak hanya dilakukan sebagian kelompok atau secara individu tetapi di lingkungan keluarga, kelompok masyarakat, dalam lembaga keagamaan, pendidikan, bahkan dalam berbangsa bernegara,” ujarnya.
Menurut dia, penyuluh agama menjadi salah satu ujung tombak dakwah di kalangan masyarakat bawah agar memiliki sikap moderat dalam menyampaikan dakwah dan pesan keagamaan.
”Para penyuluh adalah pendakwah yang harus memiliki sikap tengahan atau wasathiyah, tidak terlalu keras ke kanan atau kiri,” lanjutnya.
Dijelaskan, Islam adalah ajaran sempurna, sehingga cara menyampaikannya harus dengan cara-cara yang bijak, menyejukkan dan memotivasi umat.
” Jadi mubaligh memotivasi umat untuk berbuat lebih baik dan meningkatkan kualitas dalam beragama,” tuturnya.
Ia berharap dengan materi penguatan moderasi beragama mampu menjadikan citra Islam terus membaik dan bukan hanya sebatas ritualitas tetapi tampil dalam kehidupan sosial.
”Islam harus memberikan efek nyata manfaatnya. Istilahnya harus seimbang antara hablumminallah dan hablumminanaas,” katanya.
Contoh sikap moderasi beragama ditampilkan oleh Muhammadiyah di sejumlah kampus Muhammadiyah di kawasan timur Indonesia. Mayoritas mahasiswanya non muslim seperti di Kupang NTT dan Papua. ”Saya kira ini contoh nyata dari moderasi beragama,” ujarnya.
Acara ini diikuti ratusan peserta perwakilan tenaga penyuluh agama dari berbagai kabupaten dan kota se Jawa Timur.
Penulis M. Roissudin Editor Sugeng Purwanto