Catatan Perjalanan SD Muhammadiyah 4 Surabaya dari Jepang. Tulisan Edy Susanto dari Osaka Jepang
PWMU.CO – Sabtu pagi, (3/6/2023) 12 siswa SD Muhammadiyah 4 (Mudipat) Pucang Surabaya berangkat ke Jepang melalui bandara Juanda Surabaya.
Sebagai kepala sekolah, saya mendampingi 12 anak didik tersebut. Keberangkatan mereka ke negeri Matahari Terbit itu dalam rangka program International Student Exchange (Istudex).
Selama sembilan hari di Jepang mereka mempelajari budaya, pendidikan, teknologi dengan mengunjungi beberapa sekolah dan tempat-tempat bersejarah.
Hari ketujuh, Jumat (8/6/2023) peserta Istudex berada di Kota Nagoya. Di kota industri yang bersuhu 21 derajat pagi itu, peserta Istudex mengunjungi Nagoya Castle dan Museum Toyota.
Sebelum berangkat, peserta Istudex sarapan lebih dulu di sebuah restoran yang bernama Cypress Nagoya Hotel. Dengan tertib mereka antri mengambil makanan yang tersedia. Semua pengunjung restoran melayani diri sendiri untuk sarapan. Setiap tamu boleh mengambil jenis menu sesukanya.
Selesai sarapan, peserta Istudex bergegas menuju lobi untuk chek out dari hotel dengan menyerahkan kunci kamar ke resepsionis. Di luar hotel bus sudah menunggu.
Setiap anak membawa koper dan ranselnya masing-masing untuk diletakkan di dekat sopir. Sopir bus dengan pakaian seragam putih hitam membuka bagasi tanpa bantuan kenek. Koper dimasukkan bagasi satu per satu tanpa banyak bicara.
Saya salut pada sopir bus itu, kerjanya cekatan, istilah Surabayanya sat set, tanpa banyak bicara. Hal-hal kecil seperti ini menurut saya patut dicontoh.
Jepang Terkenal dengan Budaya Tertib
Saat masuk bus, semua siswa duduk santai sesekali bercanda dengan temannya. Sebelum berangkat, mereka berdoa lebih dulu. Setelah berdoa, Gusti (tour leader dari Farbrig Education Founder and Programmer) membriefing peserta Istudex.
“Jepang terkenal dengan budaya tertibnya, maka sebelum berangkat menuju Nagoya Castle peserta Istudex ini di-briefing dulu, agar tetap menjaga ketertiban selama perjalanan, menjaga kekompakan tim, serta menjaga kebersihan lingkungan di bus dan tempat yang dituju,” jelas Gusti.
Jarak Nagoya Castle dan Cypress Nagoya Hotel tempat menginap tidak terlalu jauh. Perjalanan bus membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Lalu sopir memberi kode ke guide lokal asli Indonesia Nana Matsumoto.
“Anak-anak, lokasi Nagoya Castle sudah dekat, ayo bersiap- siap,” kata Nana yang sudah tinggal di Jepang selama 36 tahun ini.
Radif Rheandra Putra Wiryawan, salah satu peserta Istudex mengatakan senang tiba di lokasi. “Asyik, kita sudah sampai di Nagoya Castle,” katanya. Kemudian teman-teman di sekitarnya spontan merespon “Betul Ndra,”.
“Anak-anak, kalian keluar bus satu per satu. Tertib dan kita menyeberang bersama-sama. Tunggu lampu hijau kita baru menyeberang,” kata Gusti sambil mendekat ke anak-anak.
Mereka berbaris rapi dua-dua di depan pintu Castle sembari menunggu tiket masuk dari Nana. Sesekali Gusti menertibkan mereka dan mengulangi pesan yang sudah disampaikan saat di dalam bus.
Kedatangan peserta Istudex ke Nagoya Castle ternyata lebih pagi dari jadwal. Sehingga pintu Castle belum dibuka. Lima menit kemudian, dari arah pintu Gerbang Castle ada suara upacara tradisi pembukaan pintu gerbang.
Baca sambungan di halaman 2: Kunjungi Nagoya Castle dan Museum Toyota