Kisah Sukses Ketua PRM Mencorek Jadi Petani Pisang Cavendis, liputan kontributor PWMU.CO Gresik Nurkhan
PWMU.CO – Dengan menjabat tangan dan melempar senyum sambil tertawa lirih, Imam Hambali menyambut kedatangan saya dan Asnawi ke rumah di Dusun Mencorek Sidayu Lawas Brondong Lamongan, Sabtu (3/6/2023).
Imam Hambali dan Asnawi merupakan teman satu angkatan saya di Ma’had Aly Masjid Manarul Islam Bangil Pasuruan Jawa Timur. Kami mondok selama tiga tahun dalam bimbingan Ustadz Muhammad Hamidy Lc.
Imam, biasa saya memanggilnya, tidak seperti teman yang lain. Kebiasaan selesai wisuda di Ma’had Aly, santri langsung ditugaskan berdakwah ke tempat lain, bahkan ada yang sampai ke luar Jawa.
Tapi, setelah tugas rampung, dia memilih kembali ke kampung halamannya dengan tujuan ikut membantu masyarakat di sana.
“Kabeh-kabeh ko metu aku mbalik ape urip ne kampung wae Karo mbantu masyarakate (Semua mau keluar kampung, kemudian yang di kampung siapa, jadi saya kembali ke kampung halaman). Tidak bisakah hidup di kampung dan tidak bisakah untuk berkarya di kampung,” katanya.
Dia menceritakan saat awal membantu di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Mencorek. Ketika Imam masuk di MIM Mencorek dan menjadi kepala madrasah, semua guru dipaksa kuliah sarjana, karena waktu itu gurunya belum ada yang sarjana.
“Alhamdulillah, satu bulan setelah ijazah teman-teman keluar, langsung ke panggil sertifikasi dan mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG),” kenangnya.
Berikutnya, dia berpikir mengenai gedung madrasah yang menurutnya jauh dari layak sebagai tempat pembelajaran anak-anak.
Imam berusaha menjalin komunikasi dengan dewan yang ada. Kemudian mendapat bantuan lewat Jaringan Aspirasi Masyarakat (Jasmas) DPRD dan sekarang gedung MIM Mencorek berdiri megah tiga lantai.
Bahkan, sekarang sudah mempunyai asrama tempatnya kurang lebih 100 meter yang berada di belakang gedung MIM Mencorek yang rencananya untuk siswa madrasah yang berkeinginan mondok.
“Waktu itu memperhatikan gedung sekolah di sekitarnya bagus-bagus, kemudian melihat gedung MIM Mencorek memprihatinkan,” ceritanya.
Akhirnya kita bersama teman-teman tergerak berkeinginan merenovasi gedung madrasah dengan mencari jaringan lewat beberapa dewan yang ada salah satunya dari Partai Amanat Nasional (PAN). Alhamdulillah sedikit demi sedikit keinginan tersebut terwujud.
Pisang Cavendis
Selain menjadi Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Mencorek Brondong, dia juga petani sukses pisang cavendis. Lahannya menjadi tempat rujukan bagi siapa saja yang mau belajar tentang cara menanam, meramut, sampai cara memanen.
Dia juga sering memberikan pelatihan tentang cara menanam pisang cavendis. Termasuk ketika ada mahasiswa praktik lapangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Dia mengajarkan secara rinci mulai A sampai Z yang belum pernah mereka terima dari kampus.
“Mahasiswa saya suruh praktik langsung sesuai apa yang dia terima dari kampus. Kemudian sekiranya ada yang beda dan belum sesuai saya arahkan, karena kadang-kadang teori yang diajarkan beda dengan praktik dan pengalaman,” urainya.
Dia juga selalu memberikan semangat kepada mereka yang belajar di tempatnya kalau sudah niat menanam pisang cavendis harus yakin dan menyatu dengan hati jangan hanya meniru. Sebab jika meniru orang lain karena mungkin dia sukses dalam berkebun pisang cavendis, belum tentu dia akan berhasil pula.
“Ojo ndelok enake tok, deloken prosese, dewek Iki jumpalitan rugi wis bilak balik (Jangan melihat enaknya atau berhasilnya saja tapi lihat juga proses mulai. Saya ini awalnya ya jungkir balik rugi juga berulang kali),” katanya.
Pemberdayaan Masyarakat
Imam menceritakan, pada awalnya Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim mempunyai program memberdayakan pimpinan di bawahnya dengan bentuk pengelolaan pisang cavendis.
“Program ini melalui Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan menunjuk Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong,” tuturnya.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Brondong kemudian mendatangkan bibit pisang cavendis. “Mosok aku anake wong tani wis biasa icir gedang ko ga iso (saya anaknya orang tani yang sudah biasa tanam pisang masa tidak bisa),” gerutunya.
Imam memulai tanam dengan menyewa tanah 1 hektar. Karena pengairannya agak sulit kemudian pindah lagi dengan menyewa tanah lainnya. Ini dia lakukan berulang kali sampai pada akhirnya cocok karena pengairannya mudah. “Maklum sebab pisang itu tanaman yang butuh air,” katanya.
Melalui proses panjang dan berliku satu tahun berikutnya panen. Karena program MPM PDM Lamongan, maka PDM mengadakan kegiatan panen raya. Dari kegiatan panen raya akhirnya masyarakat luas mengetahuinya di PRM Mencorek memiliki kebun pisang cavendis.
“Sehingga mereka banyak yang membeli ke sana, bahkan ada yang dari luar kabupaten,” ungkapnya.
Ada beberapa tempat di Gresik, mereka membeli pisang cavendis dalam keadaan mentah, kemudian mereka jual setelah melalui proses sampai pisang itu masak dan diberi label sendiri.
“Program ke depannya akan diproses sendiri sampai pisang itu masak dan akan dilabeli sendiri. Orang luar membelinya harus label kita. Maklum waktu itu belum punya alatnya, sekarang kita sudah punya alatnya,” katanya.
Gagal Panen
Iman menyampaikan, ketika panen dan siap jual, tidak semua bagus dan layak dijual ke luar. Ada juga hasil panennya kurang bagus, sehingga cavendis yang layak dijual dan yang belum layak dibuat keripik pisang dan roti atau lainnya sambil memberdayakan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah.
Beda dengan Asnawi. Dalam obrolan dia menyampaikan pendapat Anis Matta, Pendiri Partai Gelora, teori ekonomi global sekarang mengalami kegagalan.
“Mengapa gagal? Inilah yang sering disebut Anis Matta bahwa kita sekarang sedang berada pada titik persimpangan tatanan dunia baru,” urainya.
Teori ekonomi kapitalis yang dibangun Amerika sedang mengalami degradasi luar biasa. “Teori ekonomi demokrasi dan kapitalisasi yang sejak lama dibangun Amerika untuk menghadapi teori ekonomi komunis kapitalis dari Cina,” sambungnya.
Dia menuturkan, sebenarnya Amerika dan China sedang berperang. Di saat ekonomi Amerika sedang mengalami penurunan di sisi lain Cina belum menampakkan kekuatan. “Tapi keduanya sedang berada pada dua negara adidaya, di samping beberapa negara yang lain,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.