Hukum Ngeprank Orang Lain Oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian ini berdasarkan hadits sebagai berikut:
عن عائشة رضي الله عنها قالت, قال لي رسول الله صلى الله عليه و سلم: يا عائشةُ إياكِ ومحقَّراتِ الأعمالِ فإنَّ لها من اللهِ طالبًا. رواه ابن ماجه
Dari Aisyah radliyallahu anha berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: “Hai Aisyah, jauhilah olehmu perbuatan-perbuatan tercela, karena perbuatan-perbuatan itu akan dituntut oleh Allah.” (HR Ibnu Majah)
Hukum Ngeprank
Ngeprank dalam istilah sekarang adalah melakukan suatu perbuatan kepada orang lain dengan maksud bercanda, akan tetapi hal itu dilakukan seolah-olah serius di awalnya, baik dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang. Ini adalah tindakan spekulatif, jika yang diprank ikhlas mendapatkannya maka hal itu berarti masih dimaafkan, akan tetapi jika hal itu membuat perasaan yang terkena prank menjadi tersinggung karena merasa dilecehkan maka hal itu jelas dosa dan hukumnya haram.
Dalam hal bercanda hendaknya tetap tidak boleh menjadikan orang lain merasa terlecehkan, karena itu adalah tindakan yang dapat merusak hubungan persaudaraan atau persahabatan. Hubungan seharusnya bisa harmonis dengan dilandasi saling mengasihi dan menyayangi menjadi retak hanya gara-gara persoalan yang sebenarnya remeh-temeh tetapi bisa menjadi hal yang serius. Di situlah peran untuk dapat menjaga perasaan antara satu dengan lainnya menjadi keniscayaan.
Dalam hadits di atas Rasulullah memberikan nasihat kepada istri beliau agar menghindari perbuatan tercela. Di antara perbuatan tercela adalah melakukan tindakan yang tidak sepatutnya dilakukan bagi orang lain, atau malah dengan sengaja meremehkan dan menjatuhkan orang lain. Sungguh tidaklah menjadi mulia orang yang berusaha menjatuhkan orang lain karena ambisinya yang terpendam, justru ia telah menunjukkan kepada orang lain akan buruknya sifat pribadi dirinya sendiri.
Allah Maha Adil
Tidak ada perbuatan yang terlewatkan dari hisabnya Allah kelak di Yaumil Hisab. Semua akan mendapatkan balasan secara adil, semua bentuk kezaliman sekecil apapun akan diperlihatkan dan diberikan balasan secara adil. Demikian pula bagi kita pelaku kebaikan, tidak perlu risau dengan reaksi orang lain kepada kita, karena orientasi kita bukan pujian dan sanjungan dari orang lain, akan tetapi harapan kita adalah ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٞ مِّن قَوۡمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُواْ خَيۡرٗا مِّنۡهُمۡ وَلَا نِسَآءٞ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهُنَّۖ وَلَا تَلۡمِزُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَلَا تَنَابَزُواْ بِٱلۡأَلۡقَٰبِۖ بِئۡسَ ٱلِٱسۡمُ ٱلۡفُسُوقُ بَعۡدَ ٱلۡإِيمَٰنِۚ وَمَن لَّمۡ يَتُبۡ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (al-Hujurat: 11)
Seruan dalam ayat di atas dikhususkan bagi orang-orang yang beriman terhadap tiga hal yaitu pertama, jangan suka merendahkan dan menertawakan orang lain. Tetapi bangunkan semangat untuk terus dapat mengubah dirinya menjadi lebih baik jika didapati ada kekurangan. Bisa jadi malah sebaliknya, mereka lebih baik dari yang mengejek dan menertawakan. Hal Ini berlaku baik bagi kaum laki-laki maupun kaum wanita.
Baca sambungan di halaman 2: Jangan Mencelka Diri Sendiri