PWMU.CO – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali meraih Anugerah Kampus Unggul (AKU) 2017 pada gelaran Rapat Kerja Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah VII Jawa Timur di Hotel JW Marriot Surabaya, Rabu (17/5). Tak tanggung-tanggung, sudah 10 tahun berturut-turut UMM bertengger menduduki posisi pertama, dan menyisihkan beberapa kampus swasta lain di Kopertis Wilayah VII Jawa Timur.
”Selamat untuk UMM. Meski demikian, UMM tetap harus hati-hati karena banyak yang juga menginginkan posisi ini,” ujar Suprapto, Koordinator Kopertis Wilayah VII Jawa Timur.
(Berita terkait: 6 Unmuh Masuk 22 Kampus Unggul di Jatim: UMM Juara Pertama sejak 10 Tahun Lalu)
Suprapto menyampaikan, secara garis besar ada beberapa poin penilaian yang membuat UMM unggul dan menduduki posisi nomor satu. Pertama, kerjasama UMM baik internal maupun eksternal yang dijalin sebuah perguruan tinggi. ”Bagaimana kerjasamanya dengan internal, regional, nasional dan luar negeri,” tegasnya.
Selanjutnya, yang juga menjadi poin penilaian adalah kualitas tata kelola, kualitas tenaga pengajar, dan kualitas mahasiswa. Apakah mahasiswa hanya kuliah saja atau juga aktif dalam hal lain.”Ada atau tidak produk-produk atau prestasinya,” tambah Suprapto.
Terus menduduki posisi pertama dan beberapa kali meraih penghargaan AKU Kartika, yakni anugerah yang diberikan kepada perguruan tinggi yang selama tiga tahun berturut-turut meraih AKU, Suprapto berpesan agar UMM terus bersemangat dalam mengembangkan sayapnya.
(Baca juga: Mantan Rektor UMM Tersukses Ini Berbagi 5 Jurus Membesarkan Perguruan Tinggi)
”Untuk yang menduduki posisi pertama, seperti UMM bukan waktunya lagi untuk berkompetisi dengan yang ada di wilayah kopertis VII tapi dengan yang nasional, bahkan terutama dengan yang ada di luar negeri,” tegasnya.
Rektor UMM, Fauzan menyampaikan adanya penghargaan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya UMM meraih rekognisi nasional. Untuknya Fauzan berpesan agar seluruh civitas akademika UMM tidak terlena dan terus tiada henti berinovasi. ”Ini tidak harus dimaknai sebagai sesuatu yang final tetapi ini adalah sebuah cambuk untuk melakukan sesuatu yang lebih inovatif dan terus berpegang teguh pada kerja inovasi,” tambahnya. (hum/aan)