PWMU.CO – Tiga sebab kehancuran negeri dikupas dalam Majelis Pengajian Ahad Pagi KH Ahmad Dahlan PDM Kota Batu, Ahad (2/6/2023).
Acara ini diadakan oleh Majelis Tabligh PDM Kota Batu. Hadir pembicara Ustadz Ahmad Shobrun Jamil SSi MP.
Ustadz Ahmad Shobrun, jumlah umat Islam di Indonesia terbesar di dunia. Namun jumlah yang besar itu tidak serta merta menjadikan Indonesia menjadi negara adidaya. ”Oleh sebab itu tak salah bila kita punya impian kelak Indonesia bisa menjadi negara adidaya,” katanya.
Menurut dia, sunatullah ketika kemenangan dan kejayaan itu berganti dengan kemunduran dan kekalahan. Naik turunnya peradaban itu memang dipergilirkan olah Allah agar kita mendapatkan pelajaran. Seperti disebut dalam surat Ali Imran: 140.
”Suatu negara akan maju bila bergerak bersama dalam poros pemikiran yang benar, yaitu membela agama Allah, bergerak berjuang karena Islam,” kata Ustadz Ahmad.
Contoh Panglima Besar Jenderal Soedirman dan para pejuang di masa penjajahan tidak dibayar untuk memperjuangkan kemerdekaan negeri ini. Para pejuang negeri ini berjuang hanya karena ingin melepaskan diri dari cengkeraman penjajah.
”Ada tiga sebab kehancuran negeri. Yaitu apabila masyarakatnya bergerak karena kepentingan individu, bergerak hanya karena ketokohan, dan bergerak karena materi,” ujarnya.
Apabila umat Islam sudah mementingkan dunia daripada akhirat, sambung dia, maka akan hancur. Apabila umat Islam saling menghina, maka akan jatuh.
”Penyakit al- wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati, inilah yang sekarang menjangkiti, menggerogoti umat Islam. Tak dipungkiri, dunia memang penting, akan tetapi bukan motivasi utama. Harta dan ilmu, keduanya harus dimiliki oleh umat Islam dan dipergunakan berjuang fisabilillah,” tandasnya mengurai tiga sebab kehancuran negeri.
Menurut dia, mata rantai pembentuk peradaban yang utama adalah niat. Niat itulah yang akan membangkitkan pikiran dan kemauan. Kemudian gerak. Gerak adalah perbuatan praktis untuk mewujudkan niat tersebut.
Apabila kita sama-sama bergerak untuk kebaikan maka kita akan mencapai kemenangan. Akan tetapi, itu tidaklah mudah, sebab ada tantangan besar yang menghadang. Tantangan itu adalah teknologi dan digitalisasi.
Dikatakan, generasi Z yang hidup di era milenial ini adalah generasi digital yang kesehariannya tak lepas dari internet. Sekitar 90% dari mereka yang berusia belasan adalah pengguna teknologi yang memanfaatkan internet untuk menonton hiburan. Hal itulah yang melemahkan fisik dan mentalnya karena terserang budaya mager alias malas bergerak.
Oleh sebab itu yang harus kita lakukan adalah memperkuat mereka dalam hal:
Pertama, memperbaiki hati agar kuat akidahnya, yaitu dengan menguatkan pendidikan akidah dengan metode pembersihan dari syirik, kurafat. Kemudian melatih diri hanya meminta pertolongan kepada Allah.
Kedua, menguatkan akhlak. Akhlak dibentuk oleh keluarga. Orang tua wajib memberi contoh yang baik pada anak.
Ketiga, kuat fisik. Tantangan hari ini budaya mager karena fasilitas teknologi. ”Ingatlah, Allah mencintai mukmin yang kuat daripada mukmin yang lemah, maka mereka harus diajak untuk bergerak dan berolahraga agar kuat secara fisik,” katanya.
Keempat, kuat Iptek. Generasi Z harus dikuatkan ilmunya agar dapat bersaing di segala bidang. Baik itu ilmu fardu ain, yaitu ilmu yang harus dimiliki oleh setiap mukmin, misal ilmu wudhu sampai dengan salat yang benar, maupun ilmu fardu kifayah, misalnya ilmu bahasa, ekonomi.
”Dengan demikian diharapkan pada masanya nanti, kita bisa memiliki generasi yang hebat, yang akan membawa Indonesia menjadi negara adidaya,” ujarnya.
Penulis Khoen Eka Editor Sugeng Purwanto