PWMU.CO – Ketua Umum PP Muhammadiyah 2005-2015 Prof Dr M Din Syamsuddin MA mengatakan, aliansi strategis Rusia-Dunia Islam dapat menjadi model kemitraan dan kerjasama yang positif untuk membangun peradaban dunia baru yang berkemajuan, berkeadilan, dan berkeadaban.
Din menyatakan hal itu pada Sidang Kelompok Visi Strategis Rusia-Dunia Islam (Group for Strategic Vision “Russia-Islamic World”) di Grozny City, Federasi Rusia, (17/5). Pertemuan dihadiri oleh Presiden Republik Tatarstan Rustam Minikhanov yang menjadi ketua kelompok, Presiden Checnya Ramadan Kadirov sebagai tuan rumah, sejumlah tokoh Federasi Rusia, dan tokoh dari berbagai negara Muslim.
(Baca: Inilah Pidato Din Syamsuddin di Depan Paus Fransiscus dan Tokoh-Tokoh Agama Dunia di Italia)
Din yang menjadi anggota kelompok ini sejak 2007 menjelaskan bahwa dunia pasca-Perang Dingin memang membawa ketakpastian. “Tesis The End of History Fukuyama dan The Clash of Civilization Huntington memang terjadi, namun mendorong konvergensi. Sayangnya, konvergensi itu tidak berwajah positif terhadap Dunia Islam sebagai pilar penting peradaban dunia,” kata Din seperti disampaikan pada pwmu.co, Kamis (20/5) malam.
Din mengatakan, yang terjadi justru “permusuhan” terhada Islam baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti adanya proxy war antara sesama negara Islam. “Globalisasi yang semula dimaksudkan untuk adanya keadaan monolitik dalam bidang politik dan ekonomi yang bersifat liberalistik, justru membangkitkan negara-negara lain, yang ditandai oleh kebangkitan Asia Timur,” ungkap Ketua Dewan Kehormatan MUI ini.
(Baca juga: Din Syamsuddin: Tak Dapat Dibayangkan Keadaan Indonesia jika Umat Islam Tidak Toleran)
Sebagai akibatnya, kata Din, negara-negara Barat merasa terkalahkan sehigga membangkitkan ultra-nasionalisme seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara Barat. “Sayangnya, Dunia Barat masih melihat Islam sebagai ancaman daripada mitra strategis untuk kemajuan bersama.” Kata Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta ini.
Maka, lanjut Din, aliansi strategis Rusia-Dunia Islam merupakan alternatif positif. “Walaupun tidak ada makan siang gratis, namun Rusia dapat mengedepankan pendekatan “kemitraan ramah Islam” (Islam friendly partnership), yang tentu saling menguntungkan,” ujarnya.
(Baca juga: Orasi Din Syamsuddin saat Terima Doktor HC: Perlu Dukungan Politik untuk Merebut Kembali Kejayaan Ilmu Pengetahuan)
Menurut Din, Rusia memerlukan Dunia Islam terutama untuk dukungan politik dan kerjasama ekonomi. Dunia Islam pun, tambah dia, dapat memanfaatkan kekuatan Rusia yang masih menyisakan keunggulan iptek dan ekonomi.
“Maka, jika aliansi strategis Rusia-Dunia Islam dapat mengubah visi strategis ke dalam aksi-aksi strategis, tidak mustahil akan ikut mendukung terwujudnya tatanan dunia baru yang damai, adil, dan sejahtera,” papar Din. (MN)