PWMU.CO – Kamis kemarin (18/5), Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, berkesempatan hadir di Manado, Sulawesi Utara. Selain bertemu dengan aktivis Pemuda Muhammadiyah setempat, Dahnil juga bertemu dengan tokoh lintas agama. Berikut adalah catatannya yang disampaikan untuk PWMU.CO. Selamat membaca. (Redaksi)
***
Siang tadi (18/5), saya diundang secara khusus untuk berdialog dengan beberapa aktivis Islam Sulawesi Utara di Manado, hadir Ketua GPII, Pemuda Muslimin, BKPRMI, Brigade Masjid, GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah, HMI, KNPI dan lain-lain.
Agenda utama saya sebenarnya adalah melantik Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Utara di Manado. Namun karena mengetahui kehadiran saya di Manado, beberapa aktivis organisasi kepemudaan dan Ormas Islam mengundang saya untuk berdialog.
(Baca juga: Tentang Pembubaran Ibadah di Sabuga Bandung, Ini Kata Pemuda Muhammadiyah)
Dialog berlangsung dengan menggembirakan, teman-teman bisa memahami kondisi keumatan dan kebangsaan saat ini, terutama terkait dengan Isu toleransi dan keberagaman. Termasuk teman-teman tersebut mejelaskan kepada saya terkait dengan informasi Isu Gerakan Minahasa Merdeka, yang tentu diharapkan kawan-kawan di Manado tidak menjadi penyulut terganggunya harmonisasi umat beragama, termasuk peristiwa yang menimpa saudara Fahri Hamzah beberapa waktu yang lalu.
Akhirnya, malam tadi (18/5) setelah melantik PWPM Sulawesi Utara, saya mengajak kawan-kawan organisasi Islam dan Ormas Islam, Katolik dan Kristen agar menemani saya bersilahturahim dan berdiskusi dengan beberapa Tokoh Kristen dan Katolik di Manado, Sulawesi Utara. Ditemani Ketua Pemuda Muhammadiyah Saudara Salman Saelangi, Ketua GPII, Ketua Brigade Masjid, Ketua BKPRMI, Pemuda Katolik, dan lain-lain, saya Berkunjung ke Komplek Gereja Santa Theresia dan bertemu dengan Pastor Fred S Tawaluyan.
(Baca juga: Waspadai Pecah-Belah Umat Islam, Inilah Seruan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah)
Saya bersilahtirahim dan berdiskusi terbuka dengan Pastor Fred S Tawaluyan. Saya menyampaikan, bahwa saya ingin mendengarkan nasehat dari Pastor Fred S Tawaluyan terkait dengan suasana keumatan dan kebangsaan saat ini.
Beliau menyampaikan, “saat ini toleransi penting dijaga. Caranya, ya seperti yang dilakukan oleh Mas Dahnil saat ini, membangun silahturahim, saling mengunjungi dan berdialog dengan terbuka, dialognya dari hati ke hati, jujur. Bukan yang penuh kepalsuan. Tidak simbolik saja seperti kalau natal teman-teman organisasi Islam menjaga gereja, kemudian Idul Fitri organisasi Kristen menjaga masjid dan lapangan. Tapi yang paling penting adalah silahturahim, pertemuan seperti ini. Mudah-Mudah apa yang dilakukan Mas Dahnil ini bisa dicontoh dan dilanjutkan oleh teman-teman OKP dan Ormas di Sulawesi Utara, yang sebenarnya sudah saya (Pastor Fred) lakukan melalui Badan Koordinasi Umat Beragama (BKSUB) Sulawesi Utara.”
(Baca juga: KOKAM Tidak Jaga Gereja: Selain Tidak Ada Ancaman Keamanan, juga Hindari Sikap Toleransi Seakan-akan)
Saya bersepakat dengan Pastor Fred S Tawaluyan, dan saya sampaikan: toleransi bagi rakyat Indonesia sebenarnya Sudah menjadi genetika. Bahkan, toleransi umat beragama di Indonesia sudah menjadi best practice bagi dunia. Namun, toleransi umat beragama yang sebenarnya baik-baik saja itu kemudian dirusak dengan narasi-narasi ketertakutan seolah toleransi kita terancam, padahal di tingkat masyarakat baik-baik saja.
Justru sumber masalahnya adalah elit-elit politik yang rajin memproduksi narasi-narasi ketertakutan seolah toleransi kita terancam. Jadi, praktik politik yang dilakukan oleh para elit politik Indonesia belakangan inilah sesungguhnya yang mendestruksi toleransi dan keberagaman Indonesia. Sedang di akar rumput baik-baik saja, dan merawat toleransi yang otentik.
Pernyataan ini, diamini oleh Pastor Fred S Tawaluyan dan mengajak umat dan tokoh-tokoh agama dari Sulawesi Utara yang hadir bersama saya ikut menjaga toleransi otentik yang dimaksud. Dan menangkal upaya produksi kekhawatiran berlebihan terkait dengan ancaman toleransi. (iqbal paradis)