Cara Pandang pada Perempuan
“Sayangnya, sejak dulu—sebelum Nabi Muhammad SAW diutus—cara pandang terhadap lawan jenis itu berbeda,” ujarnya sambil menunjukkan ilustrasi tradisi masa kolonial di Jawa di mana seorang lelaki (suami) berjalan bersama wanita (istri) dengan merantainya.
“Keberadaan istri betul-betul diiket banget sama suaminya,” katanya mengomentari ilustrasi tersebut. Itu yang membuat istri tidak berdaya.
Dia kemudian memberi ilustrasi, “Membangunkan suami untuk shalat Subuh itu ‘kan baik, tapi istri yang posisinya di bawah, tak akan berani (membangunkan) walaupun itu baik.”
Cara pandang yang merendahkan terhadap perempuan juga tercermin dengan ketidaksenangan atas lahirnya anak perempuan seperti terjadi di zaman jahiliah sebagaimana disebutkan dalam Surat an-Nahl ayat 57, 58, dan 59.
“Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki).
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
Dari tiga ayat di atas Ustadz Ahmad menjelaskan, orang kafir itu merasa punya anak laki-laki (sebagai tanda kebaikan) sementara anak perempuan disandarkan pada lawan yang mau dijatuhkan, termasuk pada Tuhan. Itu menunjukkan jika mereka, orang kafir tersebut, merendahkan anak perempuan.
“Allah bersih dari kata-kata atau salah yang dituduhkan itu. Maka di sini ada kalimat ‘subhanallah’. Maha Suci Allah,” jelas pria yang dilahirkan dari keluarga Muhammadiyah Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur itu.
Kelahiran anak perempuan juga membuat mereka malu yang digambarkan mukanya hitam. Jadi, lanjutnya, perempuan sudah diposisikan rendah sejak kelahirannya, sehingga kalau ada anak perempuan lahir maka akan disembunyikan.
“Padahal jika sudah tidak ada anak perempuan, berarti tanda-tanda generasi manusia itu akan berakhir,” tegasnya.
Baca sambungan di halaman 3: Islam Memuliakan Perempuan