Peningkatan Kompetensi Berkeluarga
Ikhtiar ketiga dalam memperkuat fondasi keluarga menurut Ahmad Hariadi adalah peningkatan kompetensi berkeluarga.
Dia menyamaikan hal itu berdasarkan Surat al-Hasyr 18: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Menurut ayah lima anak ini, ayat tersebut menjadi dasar perlunya kita mengevaluasi diri, termasuk keluarga, agar bisa merencanakan masa depan yang lebih baik.
Dia mengilustrasikan, guru saja yang paling lama bertugas sampai usia 60 tahun, kalau tidak meningkatkan kompetensinya dalam mengajar bisa dibayangkan betapa jumud-nya dia.
“Jadi guru itu kalau kemampuannya tidak di-upgrade, itu ketemu murid, muridnya lebih pandai,” katanya.
“Nah kita, jadi suami istri ini impinya dari awal sampai kita nanti insyaallah wafat, atau nanti kita dibangkitkan lagi dan bertemu lagi di surga, lah kok kita tidak lagi meng-upgrade pengetahuan kita tentang orang tua,” katanya.
Oleh karena itu Ahmad Hariadi mengajak jamaah agar meningkatkan pengetahuan dengan belajar lagi masalah-masalah keluarga, misalnya dengan mengikuti pengajian seperti ini atau mendengarkan tausiah lewat YouTube.
“Syukur-syukur misalnya ada sekolah orang tua online, ya kita bisa ikut. Sekali lagi karena menjadi orang tua, menjadi suami, mimpi kita itu adalah selamanya,” kata dia.
“Kalau kita gak upgrade atau mengangkat kemampuan kita dan menindaklanjuti agar kita lebih pinter, maka mungkin keluarga kita bisa jadi bubrah,” tambahnya.
Yang juga penting dilakukan sebagaimana proses belajar mengajar di sekolah adalah adanya ujian atau asesmen. Maka di keluarga juga demikian. Perlu ada penilaian terhadap pasangan atau anggota keluarga lainnya. “Nah yang paling bisa menilai kita insyaallah adalah pasangan kita sendiri,” katanya.
Menurutnya, orang lain bisa saja menilai kita ini orang baik. Tapi jika tahu kita apa yang kita lakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi, 24 jam, bisa berubah penilaian itu.
Ustadz Ahmad menerangkan, penilaian ini penting untuk mengevaluasi apakah kita sudah menjadi suami atau pasangan yang terbaik. Sebab, kata Nabi, “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya dan aku adalah orang terbaik di antara kalian terhadap istriku.” (HR at-Trimidzi No 3.895 dari Aisyah).
Dia lalu memberi pertanyaan introspektif, “Kita ini terbaik untuk keluarga kita atau kita ini justru terbaik untuk teman di kantor? Padahal penilaian teman satu kantor itu kalah sah dengan penilaian pasangan kita.”
Dia lalu mengingatkan, bahwa dalam pernikahan, masing-masing harus memberi pelayanan dan penghargaan yang terbaik pada pasangan.
Membangun Komunikasi dengan Allah
Di akhir materi, Ustadz Ahmad mengingatkan bahwa dalam kehidupan ini banyak hal yang terjadi di luar perencanaan. Sebab, kuasa sejati hanya pada Allah.
Oleh karena dia mengajak jamaah untuk memperbaiki komunikasi dengan Allah dengan memperbanyak doa dan dzikir. Dengan itu, insyaallah Allah memberi kekuatan dalam menghadapi segala tantangan atau ujian yang menghadang bahtera keluarga. Dan yang lebih penting, Allah akan memberikan keberkahan dalam pernikahan ini.
Itulah ikhtiar keempat yang disampaikan Ahmad Hariadi dalam memperkuat fondasi keluarga di tengah maraknya perceraian. (*)
Liputan Mohammad Nurfatoni