Tiga Lesson Learn
Mundakir menegaskan, dari buku yang berisi tentang rintisan pendirian, perkembangan, dan kemajuan amal usaha kesehatan yang ada di Lamongan ini, setidaknya pembaca akan mendapatkan tiga lesson learn, yaitu:
1.Semangat dari para tokoh perintis.
Bisa kita bayangkan bagaimana kondisi dan resources yang dimiliki oleh Persyarikatan pada saat itu.
“Tentu keberadaan SDM, sarana-prasarana maupun finansial yang dimiliki sangat terbatas. Namun karena semangat dan ghirah beramalnya sangat besar disertai dengan keikhlasan yang kuat maka mimpi-mimpi yang mereka miliki bisa terwujud,” ungkap Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Mundakir lalu mengajak belajar dari ‘Bapak PKO Mohammad Sudja’ yang ada di Lamongan. “Kita tentu wajib belajar dan hormat kepada dokter M. Thohir yang selama hidupnya didedikasikan untuk pengembangan AUM kesehatan, tidak hanya di Lamongan tapi juga di Jawa Timur. Demikian juga yang dilakukan oleh dokter Agus Pramono, Bapak Drs Budi Utomo MKes dan dokter Samsu Dhuha. Pun demikian tokoh lain seperti Bapak Gholib Ghufron, Bapak Sukirno, dan tokoh lain,” urainya.
Dia melanjutkan, tokoh-tokoh itu, meskipun bukan seorang dokter atau tenaga kesehatan namun perannya sangat penting bagi pendirian dan pengembangan klinik dan RSM di Lamongan.
2. Dukungan dari Warga Persyarikatan
Mundakir meyakini bahwa pengaruh teologi al-Maun yang dipraktikkan oleh warga Persyarikatan menjadi salah satu modal utama terwujudnya berbagai amal usaha Muhammadiyah.
Tak heran banyak orang mengatakan, ‘orang Muhammadiyah itu kumpul sebentar saja bisa menghasilkan klinik, sekolah, ataupun panti asuhan’. Itulah salah satu karakter warga Muhammadiyah yang ‘royal’ dan loman dalam dakwah Islam melalui harta benda, pikiran, dan tenaganya.
3. Pengelola AUM yang Amanah
Selain faktor tokoh perintis dan dukungan warga persyarikatan, faktor pengelola AUM juga menjadi faktor penting. Profesionalitas, integeritas, dan spirit ibadah dalam menjalankan amanah sebagai pengelola AUM menjadikan AUM terus tumbuh dan berkembang.
Dengan spirit tersebut di atas, Munddakir melanjutkna, para profesional pengelola AUM rela digaji rendah bahkan terkadang tidak memperhitungkan masalah finansial (terutama pada masa-masa awal). “Bila ada pengelola (pimpinan) AUM yang money oriented dipastikan tidak akan betah maupun bertahan lama di AUM,” kata dia.
Baca sambungan di halaman 3: Pentingnya Budaya Menulis