Nantikan Aku di Pintu Surga; Kołom oleh Ustadz Nur Cholis Huda MSi, Penasihat Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
PWMU.CO – Prof Hamka bercerita, sehari sebelum istrinya meninggal. Sang istri bertanya: “Kakanda, apakah di akhirat nanti kita bisa bertemu?”
Hamka menjawab: “Kanda punya sangkaan besar bahwa Adinda akan masuk surga. Jika kita sama-sama masuk surga kita akan bertemu. Kanda berharap akan menjadi kenyataan.”
“Mengapa begitu Kanda?”
“Kita sudah hidup bersama selama 40 tahun. Selama ini kanda rasakan betul bahwa Adinda seorang istri yang salehah. Karena itu kakanda yakin Adinda akan masuk surga. Tetapi kakanda yang masih hidup, sepeninggal Adinda semoga kakanda terjaga dari perbuatan dosa. Sebab jika kakanda menyeleweng dan berbuat dosa, maka kakanda tidak bisa masuk surga dan kita tidak bisa bertemu lagi.”
Jika kita baca dialog Hamka dan istrinya, seakan-akan itu dialog romantis: seorang kekasih akan pergi tetapi dia tidak mau berpisah dengan Hamka pujaannya. Namun jika kita perhatikan waktu dialog itu, maka itu dialog yang serius. Bukan dialog dua insan yang sedang dimabuk cinta. Ini dialog menjelang kematian.
Jadi sangat sungguh-sungguh. Ketika Hamka mengatakan bahwa dia yakin istrinya bakal masuk surga, itu bukan ucapan rayuan, bukan bunga bibir untuk menyenangkan kekasih. Tapi punya dasar kuat dalam ajaran agama. Hamka seakan berkata: “Adinda, tunggulah kakanda si pintu surga. Kita pasti berjumpa.”
Apa tanda suami ridha? Suami merasa membutuhkan kehadiran sang istri. Sang istri menyejukkan hati. Jika istri tidak ada, suami merasa kehilangan.
Dari Ummu Salamah, Rasulullah bersabda: “Jika seorang istri yang meninggal sedangkan suaminya ridha, maka dia masuk surga.” (HR Tarmizi dan Ibnu Majah)
Hadits ini memberi pelajaran penting kepada para istri agar dalam hidup ini dia bisa mendapat ridha dari suami. Ini yang harus terus direbut dan diperjuangnkan.
Memang kemesraan suami istri bisa pasang surut. Beda pendapat bisa terjadi. Tetapi hendaknya kerikil-kerikil kecil itu tidak membuat ridha seorang suami surut. Seorang istri harus mendapatkan ridha sang suami 100 persen.
Apa tanda suami ridha? Suami merasa membutuhkan kehadiran sang istri. Sang istri menyejukkan hati. Jika istri tidak ada, suami merasa kehilangan. Ibarat burung sayapnya hilang sebelah. Dia tidak bisa terbang sempurna. Bahkan tidak bisa terbang.
Karena itu ada pendapat yang mengatakan bahwa di belakang suami yang hebat, ada istri yang hebat. Di belakang Rasulullah yang hebat ada Ibu Khadijah yang hebat. Di belakang Sukarno yang hebat ada Ibu Inggit, kemudian Ibu Fatmawati yang hebat.
Baca sambungan di halaman 2: Bisakah Bertemu di Surga?