PWMU.CO – Sejarah perjalanan bangsa Indonesia tidak pernah lepas dari peran cendekiawan seperti, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, KH Agus Salim, Buya Hamka, Soekarno, atau Hatta. Dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, mereka mampu melakukan fungsi sosialnya sebagai seorang cendekiawan.
Demi melahirkan cendekiawan-cendekiawan baru dari kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pimpinan Cabang IMM Surabaya mengadakan Sekolah Cendekiawan yang digelar selama 5 hari (19-23/5) di Panti Asuhan Muhammadiyah Karangpilang, Surabaya.
(Baca: Bentuk Saudagar Muda Muhammadiyah, Cara IMM Surabaya Siapkan Kader Wirausahawan)
“Cendekiawan tentulah akrab bagi kita yang juga kader ikatan. Sering kita gaungkan ketika menyanyikan mars IMM, yaitu cendekiawan berpribadi. Lagu ini diciptakan bukan sekedar seremonial tetapi memiliki maksud dan tujuan yang suci,” tutur Dani Nurcholis, Ketua Bidang Keilmuan PC IMM Surabaya.
Sekolah Cendekiawan merupakan bagian dari Program Kerja Bidang Keilmuan PC IMM Surabaya periode 2016-2017. “Tujuannya mempererat ukhuwah islamiyah antarkader IMM, membangun dan memperkuat budaya literasi, dan mewujudkan etos intelektualisme,” terang Firman, Sekretaris Bidang keilmuan PC IMM Surabaya.
Sekolah Cendekiawan diikuti oleh kader-kader IMM baik dari Surabaya maupun luar Surabaya. Selain mendapatkan materi di ruang kelas, peserta juga diajak turun ke lapangan untuk melakukan analisa sosial (ansos) dengan menemui para warga. Sebagian ke daerah kampung binaan PC IMM Surabaya Jagir Wonokromo. Lainnya ke kampung binaan IMM UM Surabaya di daerah Keputih, Sukolilo Surabaya.
(Baca juga: Terbitkan Buku, Langkah Maju IMM Surabaya untuk Tingkatkan Budaya Literasi)
Firman menambahkan, kegiatan ansos merupakan salah satu upaya seorang cendekiawan untuk mengenal masyarakat lebih jauh. “Termasuk dalam menemukan masalah yang terjadi di masyarakat dan ikut serta memberikan solusi atas permasaahan itu. Juga mendorong dan menggerakkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama mengatasi permasalahan mereka. Sehingga seorang cendekiawan betul-betul melakukan fungsi sosialnya agar dapat dirasakan keberadaannya,” tutur Firman.
Selain itu, lanjutnya, Ansos adalah salah satu cara membuat seorang cendekiawan dekat dengan masyarakat tanpa ikut serta membentuk stratifikasi sosial supaya seorang cendekiawan tidak berada di menara gading, yang justru membuatnya kabur atas permasalahan-permasalahan yang dekat pada dirinya.
Jumlah peserta Sekolah Cendekiawan sebanyak 30 dari total 50 lebih pendafatar. Mereka adalah yang telah memenuhi syarat, salah satunya yang telah lulus dari Darul Arqom Dasar (DAD). (Dwi Putri Miftahus Sa’adah)