PWMU.CO – Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) ‘Raushan Fikr’ FKIP UMM menyelenggarakan Musyawarah Komisariat (Musykom) di aula lantai 2 Masjid Ar-Fakhrudin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (25/5).
Musykom dengan tema ‘Reaktulisasi Spirit Perkaderan Ikatan Menuju Tajdid Kepemimpinan Raushan Fikr’ berlangsung khidmat dan meriah dengan hadirnya kader-kader dan alumni IMM Komisariat ‘Raushan Fikr’ FKIP UMM. Di antaranya Ramliyanto dan Khairul Umam, Komisioner KPU Blitar yang juga mantan Ketua Komisariat FKIP periode 1997-1998.
(Baca: Sekolah Cendekiawan IMM Surabaya: Agar Mahasiswa Tidak di Menara Gading)
Khairul dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa pemimpin yang hebat harus mampu melahirkan kader atau generasi yang kuat dan handal di masa depan. ”Maka dari itu para pemimpin IMM harus sudah menyiapkan instrumen-instrumen untuk mampu mencapai tujuan tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Ramliyanto mengungkapkan bahwa pemimpin di level ketua umum sudah selayaknya dan sewajarnya hanya 1 kali periode saja. Ini agar proses regenerasi kepemimpinan di IMM bisa berjalan dengan baik dan selaras dengan perkaderan yang ada.
”Jika terjadi 2 kali kepemimpinan yang sama itu namanya tragedi kepemimpinan. Dan kalau sampai 3 kali kepemimpinan itu sudah komedi kepemimpinan namanya,” seloroh Ramli yang langsung disambut tawa peserta Musykom.
(Baca juga: Kader IMM Harus Tahan Uji dan Siap Berjuang dan IMM Jangan Latah dan Tidak Berpendirian)
Ramli menambahkan seperti halnya yang diungkapkan ‘Che Guevara’ bahwa kader adalah tulang punggung revolusi, maka IMM sudah seharusnya mejadikan kader sebagi tulang punggung gerakan IMM. ”IMM harus lebih banyak lagi mencetak kader pemimpin. Bukan pengekor atau pengikut saja,” tegasnya.
Sekarang ini, sebut Ramli budaya di masyarakat Indonesia lebih didominasi oleh budaya oral dan minim budaya literasi. ”Jadi nggak heran jika banyak peringatan tertulis diabaikan,” tuturnya.
Tak lupa, Ramli mengapresiasi beberapa program unggulan IMM FKIP UMM. Salah satunya adalah program ‘Angkot Baca dan ‘Angkot Cerdas’. ”IMM harus mampu menciptakan monumen akademik, ikon-ikon cemerlang, serta karya nyata yang bisa dirasakan langsung dan juga bisa dijadikan ciri dan spirit dakwah Muhammadiyah di kalangan mahasiswa,” harapnya.(izzudin/aan)