Pemimpin Bukan Pemimpi
Kusno mengawali sambutannya dengan menerangkan, “Jika cinta segitiga lebih banyak dukanya, maka segitiga cinta adalah cara yang bisa ditempuh untuk menumbuhkan kegembiraan dalam bermuhammadiyah. Segitiga cinta itu meliputi kedekatan, kepuasan, dan komitmen.”
Menurutnya, tak ada sekat antarstruktur organisasi. Orang-orang yang ada dalam struktural PDM, PCM, atau PRM harus saling berkomunikasi tanpa membedakan. Apabila kekuatan itu dijaga, kata Kusno, seberat apapun rintangannya akan bisa mereka hadapi. Apalagi tujuan yang dicapai adalah sama.
Kusno menegaskan, status atau jabatan tidak menghalangi kedekatan. “Jika ada kepuasan, di mana saja merasa bahagia bermuhammadiyah, semua jadi serba nyaman dan aman,” tuturnya di depan seluruh warga Muhammadiyah Kecamatan Sumbersari yang hadir.
Selanjutnya, Kusno menyampaikan perlunya memperkuat peran dan fungsi di masing-masing bidang. Baik sebagai pimpinan maupun anggota, komitmen dalam berorganisasi harus jelas.
“Pahami, pahami, dan pahami tupoksi masing-masing! Jangan seolah-olah majelis menjadi pimpinan dan pimpinan tidak tahu jobnya. Pemimpin bukan pemimpi, tapi harus punya impian-impian untuk mendorong semua anggota bergerak menuju satu titik yang dituju,” pesan mantan Ketua PDM Jember itu.
Trisula Perjuangan Muhammadiyah
Dalam arahannya, Prof Biyanto memaparkan pesan trisula perjuangan Muhammadiyah pada abad pertama dan kedua. Tiga bidang utama yang berhasil terbangun ialah pendidikan, kesehatan, dan sosial kemasyarakatan.
“Memasuki abad kedua, menambah fokus pada zakat, infak, dan sedekah (ZIS); kebencanaan;, serta pemberdayaan masyarakat,” urainya.
Pihaknya berharap, PCM Sumbersari bisa bermitra dengan siapa saja untuk membangun dan menghidupkan trisula abad kedua dengan terus mengembangkan trisula abad pertama. “Dengan itu, Muhammadiyah, kita, akan dirindukan Masyarakat. Karena ingat simbol matahari maknanya selalu menyinari!” ungkap Prof Biyanto.
Dia juga menekankan, menjadi pemimpin bersahaja adalah ciri khas kader Muhammadiyah. “Tidak mengayakan diri sendiri, melainkan menumbuhsuburkan Persyarikatan!” tegasnya.
Kemudian Prof Biyanto berpesan, menjadi pemimpin harus punya banyak ide, lalu menyampaikan gagasannya (lisan atau tulisan), dan mampu mengeksekusi ide tersebut dalam bentuk konkret.
Di akhir sambutannya, Prof Biyanto mendoakan, “Mudah-mudahan PCM Sumbersari dalam lima tahun ke depan diwarnai dengan prestasi-prestasi membanggakan dan ide-ide yang menyemarakkan Muhammadiyah.” (*)
Penulis Megasilvia Editor Mohammad Nurfatoni/SN