PWMU.CO – Pengukuhan dan Raker Nasyiah Kabupaten Trenggalek Jawa Timur dilaksanakan di Aula Agropark Kabupaten Trenggalek pada hari Ahad, (30/7/23).
Kegiatan yang digelar oleh Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Trenggalek ini dihadiri oleh Sekretaris Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jawa Timur Hadiatul Hikmah. Juga hadir Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Trenggalek Drs Wicaksono MPdI, Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Trenggalek, pimpinan ortom daerah Trenggalek, dan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah se-Kabupaten Trenggalek.
Hadiatul Hikmah dalam sambutannya menyampaikan harapan agar PDNA Trenggalek dapat melaksanakan gerakan Nasyiatul Aisyiyah Jawa Timur yang jumlahnya ada lima.
Profetik, Gesit dan Renposif
Pertama adalah Profetik. Kader Nasyiatul Aisyiyah harus sesuai dengan sifat kenabian. Sifat kenabian itu, lanjutnya, yaitu jujur. Kader NA harus jujur, transparan dan tidak ada yang ditutup-tutupi.
“Yang kedua sifat kenabian amanah. Sesuai dengan firman Allah pada surat al-Baqarah ayat 30. Tuhan sudah menciptakan manusia sebagai khalifah. Tugas sebagai khalifah tidak hanya kepada laki-laki tapi perempuan juga,” jelasnya.
Yang ketiga, lanjutnya, sifat kenabian tabligh. Gerakan Nasyiatul Aisyiyah harus menyampaikan hal-hal baik di lingkungan sosial dan waktunya kader-kader PDNA memberantas mitos-mitos agar tidak berkembang. Mengadakan ceramah dan kajian secara intens tentang tauhid.
“Yang terakhir sifat kenabian yaitu fatonah. Kader NA harus cerdas. Di surat al-Ankabut dijelaskan dengan berilmu manusia akan menguasai banyak hal. Di Surat al-Hujurat, manusia berilmu akan ditinggikan derajatnya,” terangnya.
Gerakan Nasyiah Jatim kedua adalah gesit. Kader NA harus lincah, gesit dan gagah. Tidak hanya pemuda yang gagah dan lincah, tapi sifat itu juga untuk kader nasyiah. Karena dengan sifat itu, akan berpengaruh di gerakan kita,” jelasnya.
“Ketiga adalah responsif, yaitu respon terhadap permasalahan sekitar. Ketika ada perkawinan anak, kekerasan anak dan ada bencana, kita sebagai kader NA harus responsif. Cepat merespon segala hal, tentang permasalah sekitar,” jelasnya.
Kolaborasi dan Inklusif
Keempat adalah kolaborasi. Kerjasama dengan organisasi Muhammadiyah di Kabupaten Trenggalek, melalui PDM, Aisyiyah, IMM dan ortom-ortom di Trenggalek.
“Selain itu juga dengan pemerintah. Sodorkan program ke pemerintah. Pemerintah lebih suka saat kita menyodorkan program, misal penanggulangan pernikahan anak di Kabupaten Trenggalek,” paparnya.
Terakhir kelima adalah inklusif. Layanan sosial di Muhammadiyah tidak boleh memandang ras dan budaya. Tidak hanya untuk nasyiah, tapi untuk masyarakat luar.
“Karena misi kita keumatan dan kebangasaan. Jadi, sasarannya program Nasyiatul Aisyiyah itu tidak hanya untuk kader Nasyiah,” terangnya.
Di akhir sambutan, Yunda Dia – sapaan akrabnya juga berpesan kepada Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiah Trenggalek periode 2022-2026.
“Kepada pimpinan baru, saya yakin sudah siap berlayar ke pulau harapan. Kalau kapal sudah siap, jangkar di lepas dan kepakkan layar. Jangan takut dan jangan sedih, karena Allah bersama kita,” tuturnya. (*)
Penulis Candra Dwi Aprida. Editor Sugiran.