Syarat Pendirian
Sabri menerangkan, upaya ini terus berlanjut hingga tahun 1962, tepatnya bulan Desember. Peguron Kasegu datang kepada Perguruan Cikauman dan Seranoman sebagai sumber kelimuan utama di bawah asuhan Pendekar M. Wahib dan A. Dimyati. “Tujuan kedatangannya adalah untuk menceritakan rencana pendirian perguruan baru,” imbuhnya.
Permintaan ini tidak langsung diterima begitu saja. Syaratnya, bersedia melakukan adu wawasan tanpa kontak fisik. Permintaan ini disanggupi M. Barie Irsjad sehingga dimulailah pertemuan di Pesantren Aisyiyah Yogyakarta setiap malam Jumat.
Usai melalui berbagai uji keilmuan, sambungnya, tiba saatnya M. Barie Irsjad menampilkan Jurus Harimau. Pendekar M. Wahib sangat kagum sehingga merestui berdirinya Tapak Suci.
Ada satu pesan penting dari Pendekar A Dimyati: “Kalau bertemu dengan aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya.” Walaupun sederhana, menurut Sabri, pesan ini menjadi sikap mental pendekar-pendekar Tapak Suci.
Usai proses ini berjalan selama 7 bulan, pada malam Jum’at, 10 Rabi’ulawwal 1383 atau 31 juli 1963 pukul 21.00 WIB, di Pesantren Aisyiyah dideklarasikan Pencak Silat Tapak Suci. Ini menggariskan: Tapak Suci berjiwa ajaran KH Ahmad Dahlan, keilmuan Tapak Suci metodis dan dinamis, dan keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan.
Pada tahun 1964, Tapak Suci diterima menjadi organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah ke-11 oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang saat itu diketuai KH Ahmad Badawi. Namanya menjadi Tapak Suci Putera Muhammadiyah.
Baca sambungan di halaman 3: Empat Teladan