Tiga Jam Mencekam, Kisah Anak PMI Malaysia yang Kini Dapat Beasiswa di Smamda; Penulis Siti Agustini, Guru Smamda Sidoarjo
PWMU.CO – Pulang ke Indonesia, Rabu (3/8/2023) malam, Ainul Husna terharu. Remaja berdarah Padang dan Jawa ini adalah salah seorang dari enam siswa Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB) yang mendapatkan beasiswa di sekolah Muhammadiyah Jatim. Dan Ainul di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo.
Takdir membawanya terbang dari Malaysia ke Indonesia—Tanah Air yang selama ini hanya dikenalkan orang tua dan guru-gurunya di SIJB. Kini dia benar-benar sudah berpijak di tanah Indonesia.
Ainul pun bercerita tentang perjalanan hidupnya kepada PWMU.CO, Senin (7/8/2023). Dikisahkan kembali dengan gaya bertutur.
Lahir di Malaysia
Orang tua saya sudah belasan tahun bekerja di Johor Bahru. Ayah sebagai PMI (Pekerja Migran Indonesia) bekerja di proyek pembangunan gedung dan Mama sebagai cleaner di perusahaan air kesehatan. Saya pun dilahirkan di Malaysia. Namun karena aturan kewarganegaraan di Malaysia, saya tak bisa memiliki dokumen apa pun.
Status saya dan orang tua inilah yang menyebabkan saya sulit mendapatkan akses pendidikan di negeri jiran ini. Ayah selalu mengajukan permohonan ke sekolah lebih dulu agar saya bisa diterima.
Dimulai di TK, saya bersekolah di Tadika Mesra saat berusia 5 tahun sampai 6 tahun. Setelah lulus, saya tidak langsung melanjutkan ke SD. Dua bulan harus belajar sendiri di rumah. Saat itulah ayah harus bolak-balik ke SD Agama, memohon sekolah bisa menerima saya. Akhirnya saya pun diterima walau hanya empat tahun. Sesudahnya sekolah meminta saya untuk berhenti.
Saya pun belajar di rumah selama satu tahun. Belajar penjumlahan, pembagian, perkalian, dan lain-lain. Alhamdulillah, ada teman Ayah yang mengajak saya bersekolah di SIJB. Saya pun masuk di kelas I. Karena masih dalam proses pembangunan, saya dan teman-teman belajar di aula beberapa bulan.
Barulah saya bisa merasakan kenyamanan belajar, ketika gedung SIJB selesai dibangun. Fasilitasnya sangat lengkap. Ini berkat Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru. Saya akhirnya bisa merasakan aman dalam menimba ilmu. Banyak lomba yang saya ikuti, seperti basket, bulu tangkis, dan lain-lain.
Berkat KJRI juga, saya baru bisa mendapatkan akta kelahiran. Selain itu saya juga mendapatkan ijazah SDKetika lulus. Selanjutnya saya pun masuk SMP yang lokasinya juga di SIJB.
Baca sambungan di halaman 2: Tiga Jam yang Mencekam