Muhammadiyah di Tahun Politik
Topik kedua yang dibahas Mirdasy adalah bagaimana Muhammadiyah sebagai gerakan yang berkemajuan di tahun politik. “Ketika dalam pilihan pemimpin misalnya ketika kita memilih pada pilihan yang kita yakin benar, maka ketika kalah kita tidak boleh mangkel (kecewa),” katanya.
Pertanyaannya adalah, ujar dia, mengapa yang sering kita anggap benar itu kalah? Maka kita harus koreksi pada diri kita sendiri dan mayoritas umat Islam di Indonesia. Apakah barisan kita dalam berpolitik sudah teratur seperti bangunan yang kokoh. Seperti dalam Firman Allah dalam surat ash-Shaff ayat 4:
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌ مَّرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
“Sikap kita sebagai warga Muhammadiyah dan umat Islam pada umumnya terhadap hal ini adalah kita harus yakin bahwasanya kita akan bisa mengalahkan kezaliman dengan izin Allah dengan catatan semua orang Islam di Indonesia tidak mau meminum atau memakan money politic di tahun politik, dan memilih sabar dengan ketentuan Allah, maka insyaallah siapapun pilihan umat Islam akan menang,” terangnya.
Hal ini, menurut Mrdasy, sesuai dengan Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 249:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ ۚ فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ ۚ قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku.”
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: “Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya”. Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: ‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.’ (*)
Penulis Luqman Wahyudi Editor Mohammad Nurfatoni