Anak Juru Parkir dan Penjual Nasi
Tutus mengawali motiasinya dengan menceritakan bahwa ia dulu adalah anak seorang juru parkir.
“Bapak saya dulu seorang tukang parkir di Masjid Agung Gresik. Ibu saya seorang penjual nasi. Namun yakinlah, apapun background orang tua kalian, medan perjuangan kita sama. Yang terpenting kita punya mental pejuang,” terangnya.
Tutus menjelaskan bahwa perjuangan manusia sudah dimulai ketika sperma berjuang bertemu ovum.
“Dalam organ reproduksi laki-laki menghasilkan sperma perempuan menghasilkan ovum. Sel sperma itu seperti kecebong. Kecil banget. Sampai saat ini ternyata sosok sperma itu kini menjelma menjadi teman-teman sekalian. Di antara jutaan sperma ternyata kalian adalah yang menang,” jelasnya.
Ia lantas mengajak seluruh siswa Spemdalas untuk bersyukur dengan anugerah yang Allah berikan saat ini, salah satunya adalah menjadi siswa Spemdalas dengan support spiritual yang sangat baik.
“Bapak saya dulu seorang tukang parkir di masjid Agung Gresik, pekerjaan saya dulu di club malam, di diskotik. Alhamdulillah, Allah masih memberi kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Bisa jadi kalau dulu di waktu itu Allah cabut nyawa saya, maka saya tidak tau nasib saya seperti apa,” kisahnya.
Tutus lantas mengingatkan agar siswa memiliki cita-cita yang baik dan meniatkan cita-citanya untuk kemanfaatan orang lain dunia dan akhirat.
“Mari niatkan kelak kalau jadi orang sukses, tidak hanya dunia. Misal mau jadi dokter, bercita-citalah juga agar menjadi dokter yang memiliki rumah tahfidz. Kalau cita-cita belum ketemu, minimal jadi orang sholih sholihah,” tuturnya.
Baca sambungan di halaman 3: Rumus Sukses ABCDEF