PWMU.CO – Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang didirikan ole KHA Dahlan telah melepaskan “anak panahnya” ke seluruh penjuru nusantara, termasuk ke beberapa negara, melalui program Mubaligh Hijrah. Program ini rutin diadakan setiap tahun di bulan Ramadhan.
Program Mubaligh Hijrah yang dicanangkan madarsah sebagai sekolah kader 6 tahun itu diikuti santri kelas 5 (kelas 2 setingkat SMA) ke berbagai berbagai penjuru. “Untuk tahun ini, 20 santri diberi amanah sebagai mubaligh ke Malaysia dan Thailand,” Syarifudin Raisul Haq K, salah satu anak panah yang dilesatkan ke Masjid TPI Nurul Huda Jl Mayjen Panjaitan XV/5 Malang.
(Baca: Para Santri Muallimin Yogyakarta Ini Hijrah Berdakwah ke Malaysia)
Haqi bersama 4 santri lainnya, Azka Purnama (5 Agama), Ilham Nuruddin (5 IPA 3), M Rusdi (5 IPA 3), dan Syahrindra ( 5 IPA 2) memilih program Mubaligh Hijrah Mandiri atas permintaan resmi Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Penanggungan Klojen Kota Malang yang disampaikan langsung ke Mua’allimin.
Maka, selama enam hari Ramadhan ini, di Masjid TPI Nurul Huda yang merupakan masjid binaan Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang nampak berbeda. Lima santri itu bersama kader-kader IMM, IPM, dan Pemuda Muhammadiyah Ranting Penanggungan yang mengatur semua kegiatan masjid: mulai imam shalat rawatib, imamdan khotib Jumat, imam tarawih, kultum, hingga mengajar anak-anak TPQ dan Madrasah Diniyah.
Ketua PRM Penanggungan H Nugraha Hadi Kusuma mengatakan, kedatangan Mubaligh Hijrah Mandiri santri Mua’allimin Yogyakarta merupakan kehormatan bagi PRM Penanggungan. “Kami merasa sangat terbantu dengan kedatangan mereka terutama dalam pelaksanaan kegiatan Ramadhan 1438 H ini,” Ketua Takmir Masjid Nurul Huda itu, kepada pwmu.co. Kamis (1/6).
(Baca juga: Muballigh Hijrah Mu’allimin Yogyakarta ke Gumum, Rakyat Asli Malaysia yang Tak Beragama)
Dia memberi contoh saat khatib Jumat pekan lalu berhalangan hadir, maka Syahrindra, salah satu santri asal Sumatera yang mendadak ditunjuk takmir menjadi badal. “Dan ternyata mampu bertugas dengan baik sebagai khatib dan imam shalat Jumat. Bahkan mungkin lebih baik dari para mubaligh yang baru,” ujar Nugraha. “Untuk itu kami ucapkan banyak terimakasih pada Muallimin dan tahun depan insyaallah kami akan minta lagi melalui surat resmi dengan jumlah santri lebih banyak lagi.”
M Rusdi, santri asal Luwuk Sulawesi Tengah mempunyai kesan mendalam saat bertugas di Malang. “Saya bersyukur bisa belajar berdakwah di sini. Selain memberi ilmu saya juga mendapat banyak ilmu di sini,” ujarnya.
Mendapat ilmu yang dimaksud Rusdi adalah ketika ia dan kawan-kawannyamengikuti Kajian Hadits yang diadakan sehabis Subuh di Masjid Nurul Huda yang diikuti mayoritas pemuda itu. Selain itu, ada kajian sebelum sahur dengan materi-materi yang menarik. Menurut Nugraha, Kajian yang dilanjutkan dengan sahur bersama dan itu sudah berlangsung 9 tahun.
(Baca juga: Kunjungi Mu’allimin, Dubes Inggris Beri Kuliah Subuh dan Makan dengan Menu Santri)
Rasa syukur juga dirasakan Azka Purnama. Santri asal Jombang ini mengaku sangat bersyukur karena bisa berlima berugas di situ. “Saya senang di sini berlima. Tahun lalu saya hanya sendiri di Masjid Al Azhar PCM Kertosari Ponorogo,” kenangnya.
Para santri Mua’allimin sendiri akan mengemban amanah sebagai Mubaligh Hijrah sampai tanggal 20 Ramadhan atau 15 Juni 2017. Selamat berdakwah! (Uzlifah)