Buku-Buku Ahmad Sanusi
Tentang Ahmad Sanusi dan karya-karya tulisnya, ada ulasan menarik di jurnal Atthulab Volume III No. 2, 2018/1439. Judulnya, Kyai Haji Ahmad Sanusi (1888-1950): Karya-Karya dan Pemikiran Ulama Sukabumi. Penulisnya adalah Anwar, Maslani dan Ratu Suntiah. Berikut ini, petikannya.
Ahmad Sanusi produktif menulis karena keluasan pemikiran dan wawasannya dalam berbagai keillmuan khususnya ilmu keagamaan Islam. Ada ratusan judul kitab yang pernah dia tulis. Karya-karya kitab tersebut mencakup berbagai bidang disiplin ilmu keislaman seperti akidah, fikih, tasawuf / akhlak, tata bahasa Arab, bahkan politik dan ekonomi Islam. Juga, tata bahasa Arab. Sedemikian banyak kelebihannya, jika disebut ulama klasik Sukabumi maka itu indentik dengan Ahmad Sanusi.
Buku-buku Ahmad Sanusi mengupas persoalan-persoalan agama Islam. Ada yang menggunakan bahasa Indonesia / Melayu. Ada juga, yang memakai bahasa Sunda. Sekadar menyebut beberapa judul karya bukunya, adalah Tamsyiyyatul Al-Muslimin dan Siraj Al-Adzkiya fi Tarjamah Al-Azkiya.
Menurut penuturan keluarga dan kerabat, masih banyak karangan Ahmad Sanusi lainnya yang belum dicatat dan dalam bentuk manuskrip (tulisan tangan). Keseluruhannya, diperkirakan mendekati 400 judul kitab (file:///C:/Users/HP%20Elitebook/Downloads/4300-11437-1-PB%20(1).pdf).
Pikiran dan Jasa
Pada suatu rapat besar umat Islam di Sukabumi, Ahmad Sanusi mengingatkan bahwa agama Islam dan negara merupakan dua hal yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan. Ahmad Sanusi berpendapat, usaha memajukan agama Islam berarti juga memajukan negara (Hakiem, 2021: 311-312).
Selanjutnya, berikut ini sebuah fragmen penting di sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia. Fragmen itu, bagian dari dinamika di dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di badan ini, terlihat peran strategis dari Ahmad Sanusi saat rapat tak kunjung mencapai titik temu terkait rumusan sila pertama Pancasila.
Ketika rapat BPUPKI itu mendekati jalan buntu, Ahmad Sanusi lalu menyampaikan interupsi. Di tengah suasana rapat yang memanas, dia mengingatkan agar BPUPKI jangan mengambil keputusan dengan tergopoh-goboh.
Sesudah mengingatkan peserta rapat agar berlindung kepada Tuhan masing-masing, Ahmad Sanusi mengusulkan kepada ketua rapat agar suasana rapat didinginkan dulu. Usul Ahmad Sanusi segera dipakai oleh Rajiman Wedyodiningrat, sang Ketua Rapat. Caranya, rapat BPUPKI itu ditunda sampai besok paginya.
Malam itu Bung Karno selaku Ketua Panitia Sembilan bergerilya. Dia melakukan pendekatan kepada para anggota BPUPKI dari kedua kalangan, Islam dan Kebangsaan.
Esoknya, berkat pendekatan yang dilakukan Bung Karno hingga hampir datang waktu subuh, hasil kerja Panitia Sembilan diterima oleh rapat besar BPUPKI. “Dengan suara bulat diterima Undang-Undang Dasar ini,” ujar Rajiman Wedyodiningrat (Hakiem, 2021: 313-314).
Tampak, ada kontribusi besar dari Ahmad Sanusi terutama di sekitar hari-hari kelahiran negeri ini alias di sekitar hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kita mudah membayangkan, apa kira-kira yang akan terjadi seandainya tak ada interupsi dan usul cemerlang dari Ahmad Sanusi di sidang BPUPKI itu.
Baca sambungan di halaman 3: Berbuah Kader