SD Muhammadiyah Timika, Basis Dakwah Islam di Papua oleh Labib Shalahuddin Alhaddad, guru Muhammadiyah.
PWMU.CO – SD Muhammadiyah Timika Papua peletakan batu pertama tahun 2016 oleh Sekda Kabupaten Timika Ausilius You MPd. Lokasinya di Jl. Bhayangkara Kelurahan Koperapoka.
Setelah itu butuh waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan pembangunannya. Bersyukur peresmian terlaksana pada Februari 2023. Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir hadir meresmikan.
Tokoh penggerak Muhammadiyah di Timika tak lelah berdakwah dan menggalang dana untuk demi berdirinya sekolah itu. Para tokoh itu seperti Juma’ Aziz, Masyhadi, Muhammad Ji’in, Najij Syahroni, dan Marwan.
Mereka orang-orang Lamongan yang migrasi ke bumi Papua. Kecuali Marwan dari Sulawesi. Juma’ Aziz adalah Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Timika.
”Dulu kita hanya punya uang tujuh juta. Bapak ke mana-mana mencari cara agar SD Muhammadiyah bisa terbangun. Bahkan tanah yang dulunya mau kita jadikan gudang, bapak berikan demi perjuangan pembangunan SD,” cerita Ida Herlina, istri Juma’ Aziz.
Dengan uang kas Rp 7 juta itu Juma’ Aziz dan anggota PDM Timika lainnya memberanikan membangun sekolah. ”Hanya modal Rp 7 juta, Pak Juma’ Aziz bilang bismillah insyaallah bisa,” tutur Najij Syahroni menambahkan.
Dia menjelaskan, pada awalnya PDM Timika hanya mempunyai amal usaha TK Aisyiyah yang berdiri pada tahun 2013. Pendiri TK ini almarhumah Haji Suniyati, Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) yang pertama.
Lalu tahun 2017, PDM mempelopori berdirinya SD. Bahkan sekarang ada MTs (Madrasah Tsanawiyah).
”Inilah mengapa SD Muhammadiyah bisa dikatakan SD terbaik, karena SD ini diperjuangkan oleh orang terbaik dengan pengorbanan totalitas yang baik pula, mengerahkan seluruh dukungan, tenaga pikiran, harta, dan kesempatan,” tutur Najij lagi.
Dia menambahkan, poin istimewa pendiri SD Muhammadiyah ini sama-sama diperjuangkan oleh berbagai macam suku dan budaya di Timika. Mereka perantau yang berasal Jawa Timur khususnya Lamongan dan Sulawesi.
Meskipun berbeda suku dan budaya, kata dia, mereka memiliki satu tujuan dengan memperjuangkan Islam lewat Muhammadiyah.
Muridnya berasal dari anak-anak pendatang suku Jawa, Bugis, dan Kei Maluku. Hanya satu anak asli Papua di kelas 1. Jumlah muridnya sudah 200 anak lebih.
”Alhamdulillah setelah melewati berbagai masa sulit SD Muhammadiyah Timika sekarang berdiri kokoh dengan bangunan tiga lantai dengan 12 kelas,” katanya.
Sekarang dalam proses pembangunan Madrasah Tsanawiyyah dan Rumah Quran. ”Itu semua tak akan bisa terwujud kecuali dengan doa dan keikhlasan para pejuangnya,” tambahnya.
Meskipun SD Muhammadiyah Timika berdiri belum genap satu dekade, namun sekolah ini mampu bersaing dengan SD unggulan lain.
Najij Syahroni yang juga Kepala SD Muhammadiyah Timika menuturkan, daya saing sekolah ini berupa keunggulan tahfidh al-Quran dan bimbingan agama Islam diutamakan.
”Inilah yang menjadi pembeda antara sekolah Muhammadiyah dengan sekolah lain. SD Muhammadiyah Timika mampu menjadi role model dari pendidikan sekolah dasar Islam di tanah Papua,” ujarnya.
Dia menerangkan, siswa SD Muhammadiyah sedari kelas 1 dikenalkan dengan al-Quran pada jam sebelum pelajaran dimulai. Pukul 07.15-80.30.
”Pada jam itu siswa-siswi masuk kelas lalu umi (sebutan untuk ibu guru) membimbing para siswa-siswi untuk melaksanakan shalat Dhuha, dilanjutkan dengan membaca al-Quran dan juga menghafalnya,” ujarnya.
Dengan model pembelajara itu siswa-siswi SD Muhammadiyah Timika mahir membaca al-Quran dan menghafalnya sejak usia dini. Inilah perjuangan membangun basis dakwah dengan menyiapkan kader-kader sejak dini.
”Harapan ke depan dengan dakwah Muhammadiyah melalui dunia pendidikan SD Muhammadiyah Timika bisa melahirkan para kader muslim intelektual. Perguruan Muhammadiyah ini menjadi basis keilmuan Muhammadiyah di bumi Timika,” ujarnya.
Editor Sugeng Purwanto