PWMU.CO – Lagu ‘Jiwa yang Bersedih’ mewarnai pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII SMP Muhammadiyah (SMPM) 2 Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (25/8/23). Kelas pun berlangsung menarik. Pasalnya siswa tidak hanya belajar materi, namun mereka memulai pembelajaran dengan bernyanyi bersama di ruang kelas.
Kepala SMPM 2 Ponorogo Indah Sulistyowati SPd mengatakan pembelajaran di Kurikulum Merdeka sangatlah merdeka, tidak terpaku pada buku.
“Belajarnya pun tidak harus di kelas, di manapun dan model apapun boleh,” ujarnya.
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Ismini SPd menjelaskan siswa sering mengantuk dan bosan saat di jam terakhir, maka perlu inovasi saat pembelajaran.
“Kalian lebih suka bernyanyi daripada materi, maka mari bernyanyi dalam materi,” ajaknya.
Kemudian satu lagu berjudul Jiwa yang Bersedih Cipta Ghea Indrawari diputar, semua siswa pun serentak menyanyikan lagunya.
“Ternyata anak-anak sudah pada hafal lagunya,” ungkapnya.
Selain untuk mencairkan suasana kelas agar tidak mengantuk, lanjutnya, musik juga bisa sejenak menghilangkan depresi dan membantu untuk rileks.
“Sudah beberapa hari saya pantau, kelas VIII ini semangat belajarnya agak menurun, jadi mungkin perlu rileksasi otak,” sambungnya.
Bikin Siswa Terharu
Perempuan kelahiran 1994 itu pun lalu menuliskan dua kalimat dari lirik lagu yang telah dinyanyikan, “Selama ini kau hebat, kau pasti kan didengar,” menurutnya, lagu tersebut mengandung makna yang cukup dalam juga memberi motivasi kepada pendengar agar terus kuat menjalani hari-hari.
“Masa pubertas itu masa-masanya galau, masalah banyak bermunculan, untuk itu harus percaya bahwa diri kita mampu melewati semuanya,” tandasnya.
Ia pun lalu berpesan kepada anak-anak untuk hati-hati dalam memilih pergaulan agar tidak terjerumus pada hal yang sia-sia.
Nadhira Puan Kinasih, salah satu siswa berkebutuhan khusus kelas VIII mengaku terharu bisa menyanyikan lagu tersebut bersama teman-temannya bahkan ia meminta kepada gurunya agar pembelajarannya diiringi dengan lagu.
“Nangis terharu, nyanyi terus sampai jam pulang juga tidak mengantuk,” tambahnya. (*)
Penulis Amira Fazailili dan Ilham Taufiq Editor Mohammad Nurfatoni